Mohon tunggu...
Yonny Septian
Yonny Septian Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Alumni Teknik Elektro ITB yang saat ini sedang menuntut ilmu tambahan di Korea Selatan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

4 Hal untuk Membandingkan Korea dan Indonesia (bagian 2)

23 Februari 2012   23:37 Diperbarui: 4 April 2017   16:20 9875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kembali ke kebersihan Korea, menurut mentor saya di kantor, budaya hidup bersih ini sudah ditanamkan sejak Korea menjadi tuan rumah olimpiade tahun 1988. Mulai dari situlah mental warga Korea untuk hidup bersih mulai ditumbuhkan dan hebatnya berlangsung sampai sekarang. Selain itu kalau diperhatikan, di sepanjang jalan di Korea sangat jarang ditemui tong sampah, kecuali di sekitar perempatan atau persimpangan jalan yang cukup besar. Kenapa? Menurut teman saya, hal ini disebabkan budaya orang Korea untuk tidak makan atau minum sambil berjalan. Memang benar, sangat jarang saya melihat orang Korea, terutama yang sudah cukup tua, untuk makan atau minum sambil berjalan. Ini pun yang menyebabkan di setiap convenience store sejenis 7Eleven, GS25, Family Mart, dll selalu menyediakan air panas, microvawe, sekaligus tempat untuk makan dan minum di dalamnya. Nampaknya hal ini cukup sulit untuk diterapkan di Indonesia.

7. Kebudayaan

Bicara tentang budaya, tidak lengkap jika tidak membicarakan budaya secara lebih luas lagi. Seperti yang kita tahu, sama seperti Indonesia, dahulu kala Korea pun berbentuk kerajaan. Ada beberapa dinasti yang menguasai Korea, setahu saya ada dinasti Silla dan dinasti Gaya. Dinasti-dinasti tersebut meninggalkan berbagai macam hal, mulai dari kuil, kerajaan, patung, dan barang-barang lainnya.

Salah satu objek pariwisata di Korea yang sering dikunjungi adalah kuil. Memang mayoritas penduduk Korea adalah penganut agama Budha, namun menurut teman kantor saya, sebagian besar tidak mengamalkan ajaran-ajarannya. Akan tetapi, memang hampir di setiap bagian Korea dapat ditemukan kuil-kuil. Di Indonesia mungkin banyaknya wisatawan yang berkunjung ke pura-pura di Bali.

Objek lain adalah istana-istana. Yang paling terkenal tentu saja Gyeongbokgung yang terletak di Gwanghwamun, Seoul. Di sekitar tempat itu juga ada Hanok Village, sebuah komplek perumahan yang berisi rumah-rumah adat Korea. Di tempat itu selain bisa berfoto, pengunjung juga bisa mendapatkan pengalaman mengikuti upacara minum teh, cara membuat kimchi, dll. Indonesia juga punya keraton dan beberapa rumah adat yang dapat dilihat oleh wisatawan.

Lalu apa bedanya? Menurut saya hampir sama, kedua negara sama-sama melindungi kebudayaannya. Namun yang saya lihat di sini adalah siapa orang yang bertanggung jawab atas hal-hal tersebut. Benar semuanya berada di bawah kementrian budaya dan pariwisata, hanya saja kondisi geografis Korea dan Indonesia bisa dibilang cukup ekstrim. Di Korea, kementrian ini cukup mudah mengawasi dan mengembangkan pariwisata budaya secara langsung tanpa perlu banyak birokrasi. Berbeda dengan Indonesia yang wilayahnya cukup luas, diperlukan birokrasi yang cukup panjang dari pusat sampai ke cabang terkecil untuk menentukan siapa yang akan mengurus kebudayaan-kebudayaan tersebut.

Kalau saya lihat dari bidang ini, Indonesia bisa menjadi sehebat Korea. Syaratnya hanya rasa kelebihpedulilan masyarakat secara umum dan pemerintah secara khusus atas lokasi-lokasi kebudayaan ataupun tempat-tempat bersejarah kita.

8. Industri

Terakhir, jika berbicara tentang industri, secara langsung bisa dikatakan Indonesia kalah jauh dari Korea. Siapa tidak kenal Samsung, LG, Hyundai, KIA, dll? Produk-produk industri besar Korea sudah mendunia dan dipakai banyak orang. Indonesia? Bisa dibilang tidak ada barang dari industri Indonesia yang sudah dipakai secara mendunia. Sebenarnya ada barang-barang semacam bola kaki, sepatu bola, knalpot mobil, dan rangka mobil yang dibuat oleh oleh Indonesia. Akan tetapi ketika barang-barang tersebut sampai ke konsumen, barang tersebut sudah berganti menjadi merk Nike, Adidas, dan BMW.

Lalu bagaimana cara mengembangakn Industri di Indonesia? Saya buka orang bisnis, hanya pengamat lingkungan sekitar. Yang saya lihat di Kore, orang-orang dengan bangga menggunakan produk-produk asli Korea. Contoh mudahnya adalah hampir semua mobil di sini adalah Hyundai, KIA, atau Samsung Renault. Begitu pula dengan bangganya anak muda Korea menggunakan jaket Polham yang merupakan produksi asli Korea.

Dari sini terlihat jelas bahwa Industri akan berkembang pesat apabila didukung penuh oleh masyarakat. Masyarakat Indonesia tidak perlu malu menggunakan produ dalam negeri karena dari situlah kemajuan industri Indonesia bermula.Nampaknya semboyan ‘Aku cinta produk Indonesia’ perlu diboomingkan lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun