Mohon tunggu...
Yonny Septian
Yonny Septian Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Alumni Teknik Elektro ITB yang saat ini sedang menuntut ilmu tambahan di Korea Selatan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Sebuah Tulisan Tentang #IndonesietanpaFPI

22 Februari 2012   23:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:18 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Saya yakin bagi aktifis Twitter, hashtag di atas sudah tidak asing lagi. Benar, beberapa hari belakangan ini saya pun sering melihat teman-teman saya menulis tentang ini di twitter. Lalu sebenarnya ada apa dengan FPI ini? Kenapa Indonesia diharapkan tanpa FPI?

Yang saya tahu selama ini FPI adalah Front Pembela Islam, sebuah ormas yang dari namanya  aja sudah terlihat bahwa dasarnya Islam. Dari nama dan banyaknya massa, FPI sudah sangat mentereng dan meyakinkan sebagai suatu ormas dengan tujuan membela Islam. Lalu membela Islam dari apa? Serangan orang kafir? Serangan bangsa Quraisy? Atau malah serangan akhir zaman ketika Dajjal dan Ya’juj-Ma’juj datang?

Ternyata FPI bertujuan membela Islam dari berbagai macam kemaksiatan yang ada, setidaknya itulah yang sering diungkapkan oleh petinggi-petingginya, seperti Habib Rizieq dan Munarman. Anggaplah saya orang yang tidak tahu apa-apa dan hanya mendengar tentang FPI dan tujuannya. Bagi orang yang tidak tahu apa-apa, hal ini benar-benar sangat luar biasa baik ketika zaman sekarang, yang sering disebut zaman edan, masih ada sekelompok orang yang berjuang untuk melawan kemaksiatan. Seperti yang kita tahu hal-hal semacam narkoba, pelacuran, diskotik, sampai korupsi sudah menjadi hal yang wajar di Indonesia. Alangkah hebatnya apabila FPI bisa memberantas itu semua.

Namun apa fakta yang terjadi di lapangan? Benar FPI membela Islam dengan memberantas kemaksiatan yang ada di Indonesia khususnya, namun di balik pemberantasan itu, FPI melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa dikatakan mendzolimi orang lain.

Contoh, ketika ada aksisolidaritas beragama di Jakarta beberapa waktu silam, FPI tidak hanya membubarkan acara secara paksa tetapi juga melakukan kekerasan fisik kepada orang-orang di sana. Sama halnya ketika Majalah Playboy Indonesia terbit. Banyak massa FPI yang menyerbu kantor Playboy Indonesia dan menghancurkan segala macam hal yang ada di sana. Ada juga kasus penggerebekan lokalisasi yang tentu saja masih disertai berbagai jenis kekerasan fisik seperti pukulan dan juga penghancuran banyak properti. Yang paling  aneh adalah penghancuran warung tegal yang tetap buka pada siang hari saat Bulan Ramadhan.

Mari kita lihat satu per satu.

Apa salahnya mengadakan aksi solidaritas umat beragama di Indonesia? Salahkah jika orang Islam, Kristen, Katolik, dll duduk bersama untuk saling membicarakan suatu hal? Apakah ada larangan untuk berkomunikasi dengan orang beragama selain Islam? Zaman dahulu, Rasulullah pun bersikap baik hampir ke semua orang, termasuk orang-orang selain Islam. Beliau bahkan membuat perjanjian bersama mereka. Lalu kenapa sampai FPI harus
membubarkan aksi semacam itu disertai berbagai macam kekerasan fisik?

Sekarang lihat kasus Playboy dan lokalisasi. Saya sepakat jika pornografi itu tidak baik, apalagi adanya area lokalisasi di sekitar tempat tinggal warga. Sudah pasti hal tersebut sedikit banyak akan menyebabkan efek negatif pada lingkungan. Namun apakah perlu dengan kekerasan untuk menghentikan hal-hal tersebut? Selain itu di balik penyerangan  kantor Playboy terbersit kabar adanya permintaan tiket wisata ke Bali termasuk akomodasi yang diminta oleh pihak FPI kepada pihak Playboy. Entah benar atau tidak, Jika benar, alangkah munafiknya mereka. Hal ini sama persis ketika mereka menolak datangnya film-film Indonesia yang dibintangi bintang-bintang porno asing, tetapi mereka malah melihat terlebih dahulu untuk memastikan ‘keamanan’ film tersebut. Aneh? Ya, sangat.

Yang terakhir adalah kasus penyerangan warung tegal saat bulan puasa. Saya tidak tahu apa agama pemilik warung tersebut, namun saya juga tahu ada pemilik warung lain yang beragama Islam dan dia tetap buka pada siang hari bulan Ramadhan untuk melayani pembeli yang bukan Islam. Pertanyaan pertama, salahkah bila seseorang mencari nafkah dari berjualan makanan saat bulan Ramadhan? Pertanyaan kedua, apakah orang non-muslim tidak boleh makan pada bulan Ramadhan? Dan pertanyaan ketiga, APAKAH INDONESIA  CUMA BERISI ORANG ISLAM SAJA?

Nampaknya perlu digarisbawahi lagi pada Pancasila sila pertama yang berbunyi ”Ketuhanan yang Maha Esa”. Silai ini adalah sila pertama, artinya yang paling utama. Sila ini sendiri tidak mengatakan bahwa Islam adalah satu-satunya agama. Lalu kenapa FPI dan mungkin beberapa dari kita tidak bisa atau sulit menghargai perbedaan ini? Indonesia itu heterogen, sangat heterogen malahan. Jadi adalah suatu kesalahan besar jika berpikir bahwa salah satunya mutlak benar dan lainnya salah.

Dan jika berbicara masalah kekerasan fisik dan perusakan properti-properti, hal ini sama sekali bukan hak dari FPI. Saya sadar, mungkin pihak berwajib, dalam hal ini polisi atau mungkin satpol PP, lambat dalam bergerak. Mungkin juga mereka diam-diam saja setelah ada uang pelicin dari pihak-pihak yang melakukan atau membuka tempat-tempat maksiat tersebut. Mungkin FPI geram, gemes, dan kesal melihat lambatnya gerak pihak berwajib  sampai mereka merasa harus turun tangan. Namun sekali lagi, bukan dengan kekerasan dan pengrusakan berbagai macam barang. Bahkan satpol PP pun tidak berhak dengan semena mena menghancurkan kios-kios pedagang ilegal, apalagi FPI. Kembali ke kasus permintaan tiket ke Bali oleh FPI kepada redaksi Playboy, jika itu benar, maka FPI sama saja seperti penegak hukum yang menerima pelicin.

Yang paling membuat saya geram adalah FPI membawa nama Islam dalam setiap aksinya, termasuk aksi kekerasan. Akibatnya jelas, banyak orang yang mengecap Islam sebagai agama keras dan brutal. Saya ambil sepenggal lirik dari lagu Slank berjudul Gosip Jalanan,

Pernah nggak lo denger teriakan Allahuakbar? Pake peci tapi kelakuan barbar.

Ngerusakin bar, orang ditampar-tampar.


Silakan tebak sendiri siapa yang dimaksud Slank dalam lagu ini. Dan jangan salah, lagu ini diciptakan tahun 2000an awal saat saya masih SMA, dan masih sama kenyataannya sampai
sekarang. Artinya tidak ada perubahan selama kurun waktu ini.

Saya muslim, dan saya tahu Islam adalah agama yang cinta damai. Dalam Islam diwajibkan untuk berbuat baik pada sesama manusia, baik mereka Islam maupun non-Islam. Tidak ada cerita dimana Islam melakukan kekerasan selain dalam perang. Rasulullah pun tetap menghormati orang lain dan bahkan menjenguknya meskipun orang tersebut bukan Islam dan selalu melempari kotoran kepada Rasulullah ketika beliau lewat di depan rumahnya. Begitulah Islam seharusnya, berdakwah dan menyebarkan agama secara damai.

Jadi, saya pribadi dengan tegas menolak adanya FPI selama mereka masih menggunakan kekerasan dalam setiap aksinya. FPI boleh ada, FPI boleh beraktivitas selama tidak ada kekerasan setiap kegiatannya membela Islam.

Terakhir, saya kutip sebuah quote yang saya temukan di Kaskus menyangkut masalah FPI
ini.

FPI itu Islam, namun Islam bukan FPI.


Salam damai dari Korea

*tulisan ini hanya pendapat pribadi yang ditulis berdasar pengamatan berita sehari-hari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun