Kalau Jokowi jadi ditetapkan sebagai capres tunggal artinya cuma satu, yaitu pemerintahan Jokowi sukses besar. Logika ini tak terbantahkan!
Ingat, sepanjang sejarah Pilpres di Indonesia pasca reformasi, baru kali ini parpol-parpol berduyun-duyun mendeklarasikan capresnya jauh sebelum Pilpres digelar. Hampir semua parpol politik sekarang sudah mendukung Jokowi, yang telat mendukung nanti juga pasti menyesal sendiri.
Semua survey sudah merilis kalau rakyat amat puas dengan kinerja Jokowi. Rakyat sudah kompak dan sepakat kalau Jokowi harus lanjut periode kedua. Ini semua tidak luput dari keberhasilan Jokowi. Lihat saja infrastruktur yang dikebut habis-habisan itu. Dari Sabang sampai Merauke pembangunan Indonesia merata, tidak ada daerah yang dianak-tirikan.
Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar sangat membantu rakyat buat mengakses rumah sakit dan sekolah sampai perguruan tinggi. Lapangan pekerjaan dibuka seluas-luasnya, sehingga pengangguran tinggal sedikit dan kelas menengah tumbuh pesat. Demokrasi semakin membaik, tidak ada represif. Hanya orang-orang yang bikin kacau yang dipenjarakan, selain itu kita bebas bicara apapun.
Belum lagi kedekatan Jokowi kepada rakyat. Antiformalitas. Blusukan itu powerfull. Seolah-olah kalau Jokowi datang ke pasar, dia datang bukan sebagai presiden, tetapi sebagai tetangga kita, sahabat kita. Jadi, wajar saja kalau kepuasan rakyat atas kinerja Jokowi ini tinggi. Wajar saja kalau elektabilitas Jokowi meroket tinggi meninggalkan elektabilitas para pesaingnya.
Sehingga sudah seharusnya apabila Jokowi ditetapkan sebagai capres tunggal. Kecintaan kepada Jokowi sudah tidak terbendung. Rakyat ingin Jokowi lanjut ke periode kedua. Dan siapa pun yang berusaha menjegal, pasti akan berhadapan dengan kemarahan rakyat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H