[caption id="attachment_294348" align="alignleft" width="314" caption="KRL Sebelum berangkat"][/caption] Seorang teman Dosen peneliti transportasi dari UKI,sebuah PTS di kawasan Cawang Jakarta Timur, menyatakan keheranannya dengan tarif murah di KRL Jabodetabek. Beliau menaiki KRL dari Cawang sampai Bogor dengan membayar Rp3.500, dengan kereta ber-AC dan bersih. Kesan itulah yang saya dapatkan di KRL dari Serpong ke Kebayoran Lama pagi ini (25/11/2013). Sebuah kereta yang bersih dan nyaman. Setelah kereta berjalan baru penumpang semakin penuh dan berdesakan, tapi karena sudah merasa nyaman hal itu bukan masalah, karena perjalanan hanya ditempuh kurang dari 20 menit. Berangkat tepat pukul 07.16 waktu stasiun Serpong dan tiba di statsiun Kebayoran Lama 07.35. Berhenti agak lama lebih dari 2 menit distasiun Sudimara dan Pondok Ranji, karena penggemar yang membludak sudah menanti. Tapi kesadaran cukup tinggi dimana calon penumpang tidak memaksa masuk kereta, karena kereta berikutnya akan segera tiba. Turun di stasiun Kebayoran Lama, penumpang bergegas menuju pintu keluar dan disaat pertama memang agak semeraut, [caption id="attachment_294349" align="alignright" width="365" caption="Antri keluar di Sta.Kebayoran Lama"]
[/caption] tapi itu berlangsung dalam hitungan detik saja, karena penumpang lain segera mengantri dengan tertib. Kurang dari lima menit, para penumpang sudah dapat keluar dari stasiun. Antrian seperti ini nampaknya sudah menjadi "habitual action" dikalangan penggunan jasa kereta api, terbukti ketika antrian yang tertib terjadi otomatis maka penumpang di belakang langsung mengekor. Tadinya saya mengira proses seperti ini hanya berlaku di stasiun yang menempel stigma "kelas menengah" karena area parkir yang dipenuhi mobil, tapi ternyata di stasiun "kecil" seperti Cisayur (stasiun kedua setelah Serpong)dimana belum tersedia sarana parkir untuk mobil karena stasiun tersebut masih dalam pembenahan, antrian pun terjadi dan berjalan tertib, tidak ada penyerobot. Sepertinya mas Tukul harus merevisi definisi kalimat "wong ndeso", karena di "Ndeso" tidak merefeksi keterbelakangan, malah sudah lebih maju dari di Kota. Bangga rasanya melihat semua saudara sebangsa dan setanah air sudah berupaya untuk mendisplinkan diri dan ternyata sangat berguna bagi sesama. Kembali ke pelayanan kereta, KAI sebagai operator memang seharusnya terus melakukan perbaikan berkelanjutan. Perbaikan ini penting agar kenyaman pengguna jasa semakin baik dan disisi lain akan menimbulkan ketergantungan terhadap angkutan umum yang pada gilirannya akan mengurangi pemborosan di jalan raya.Dengan terobosan-terobosan seperti yang telah dilakukan maka niscaya akan menambah minat masyarakat menggunakan jasa kereta api. Kendala memang akan selalu ada tapi itu semua harus dilihat sebagai tantangan untuk perubahan berkelanjutan. Saat KAI harus mengundang semua operator pelayanan transportasi publik di Jakarta, agar dapat menata hubungan yang berkelanjutan dan saling menguntungkan diantara transportasi sektor publik dengan penggunanya. Berada di jalan raya, bergegas menuju halte Transjakarta di bawah fly over Kebayoran Lama, harus super hati-hati. Pengguna jalan raya,terutama pengendara roda dua seakan tidak peduli dengan pejalan kaki. Alih-alih memberikan kesempatan menyeberang jalan, mengurangi kecepatan pun tidak dilakukan, padahal kendaraan roda empat nyaris tak bergerak dan pejalan kaki sudah bersiap di tempat penyeberangan jalan. Bagai bumi dan langit antara masyarakat stasiun dan masyarakat pengguna jalan raya. Semoga "virus" tertib di stasiun menular ke jalan raya. Semoga penambahan kereta akan memperpendek jarak antar kereta sehingga kereta menjadi pilihan moda transportasi. Terima kasih PT.KAI dan salut untuk para pengguna kereta api , semoga menjadi contoh bagi pengguna transportasi lainnya terutama pengguna jalan raya yang sebagian masih hidup "terbelakang", tidak tertib dan tidak peduli dengan sesama anak bangsa Indonesia. Hampir terlupa ; tersedia jaringan WIFI gratis di KRL, semakin memudahkan untuk tetap terhubung.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya