Khabar tersiar ke pelosok NusantaraÂ
Ibunda tlah tiada.Â
Disaat perang berkecamuk, musuh tak terlihat, manusia pandir tak mau di atur. Negara sakit.Â
Dan doa doanya pun tak ada lagi.Â
Aku juga manusia, sama sepertimuÂ
Tapi kau adalah spartan
Walau hanya 300 pasukanmuÂ
Berjuanglah sampai titik darah penghabisan.Â
Lupakan sejenak dukamu
Lupakan sejenak lukamu
Bangkit dan ambil tombakmuÂ
Hunuskan pada mahkota hitam itu
Bukankah sumpah mu atas sujud di kakinya
Bukankah restu hadir darinya.Â
Izinnya untuk mu untuk NusantaraÂ
Yakinlah dia tenang disana.Â
Hapus dukamu, hapus lukamu, hapus laramu, hapus air matamu hey.. Spartan.Â
Jikalau kau rapuh, maka menagislah pertiwi
Jikalau kau mundur, hancurlah negeri
Hapus air mata mu spartan.Â
Kau berkata.Â
Bangsa ini bangsa petarung,Â
Agresinya pun mampu kita hadapi, dunia pun mengakui
Kita bukan bangsa cengeng.Â
Kita semua lahir dari rahim ibu pertiwi yang tegar, kuat,Â
Maka hapuslah air matamu spartan.Â
Karena pertiwi ingin kau tegak didepanÂ
Doa doa akan selalu menyertai.Â
Kau lihatlah..Â
Bangsa ini bangsa petarung.Â
Bangsa Pejuang
Pasukan berani mati ada di seluruh pelosok negeri ini.Â
Maka jangankau gentarÂ
Kita Mampu melewati ini.Â
Hapus air mata mu spartan
Bengkulu, 21.00. Buat pak presiden yang sedang berduka.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H