Seseorang dapat terpapar PFAS melalui konsumsi air minum, atau makanan yang terkontaminasi PFAS, menggunakan produk yang dibuat dengan PFAS, atau menghirup udara yang mengandung PFAS. Dalam salah satu laporan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, menggunakan data dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) menemukan PFAS dalam darah 97% orang Amerika.
Sumber paparan terhadap PFAS lainnya dapat berasal dari seseorang yang berkecimpung dalam pekerjaan seperti pemadam kebakaran atau pembuatan dan pemrosesan bahan kimia. Bahkan dalam kasus yang terbaru di Indonesia, PFAS ditemukan pada kemasan makanan siap saji yang menggunakan kertas anti-air dan minyak. Pada kasus tersebut, produk makanan yang dimaksud adalah beberapa merk popcorn diimpor dari produsen Amerika Serikat
Risiko paparan PFAS
Dalam beberapa studi ilmiah peer-review saat ini, paparan PFAS dapat menimbulkan beberapa risiko pada reproduksi seperti penurunan kesuburan atau peningkatan tekanan darah tinggi pada wanita hamil; keterlambatan perkembangan pada anak-anak termasuk berat lahir rendah, pubertas yang dipercepat, variasi tulang, atau perubahan perilaku; peningkatan risiko beberapa jenis kanker; termasuk kanker prostat, ginjal, dan testis; berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi termasuk berkurangnya respon vaksin; Gangguan pada hormon alami tubuh dan peningkatan kadar kolesterol dan/atau risiko obesitas.
Kontaminasi PFAS dalam air
Dalam penelitian terbaru di jurnal water research, mengungkapkan senyawa PFAS terdeteksi pada 39 dari 100 produk air minum dalam kemasan bahkan dalam beberapa produk, tingkat kontaminasi dianggap memprihatinkan oleh para ahli kualitas air. Untuk itu, diperlukan peraturan terkait pengujian sumber air kemasan terutama frekuensi deteksi PFAS dan deteksi sesekali peningkatan kadar PFAS. Dalam penelitian investigasi dari Consumer Report, menguji kontaminasi PFAS dalam produk air minum berkarbonasi dan non-karbonasi dan hasilnya kontaminasi PFAS di atas ambang batas lebih banyak pada produk air minum non-karbonasi.
Namun, kontaminasi senyawa PFAS sejauh ini tidak dapat dihilangkan dan hanya dapat dikurangi sesuai dengan standar ambang batas yang diterapkan. Celakanya, hingga artikel ini ditulis, masing-masing otoritas menetapkan ambang batas yang berbeda seperti misalnya Environmental Protection Agency mengeluarkan panduan sukarela yang meminta perusahaan air untuk membatasi keberadaan PFAS hingga 70 parts per trillion (ppt). Sedangkan, beberapa ilmuwan percaya batas yang jauh lebih rendah dari 1 parts per trillion (ppt).
Bahkan, International Bottled Water Association, sebuah kelompok perdagangan yang mewakili banyak produsen air kemasan di Amerika Serikat, memiliki standar PFAS yang harus dipatuhi oleh anggotanya yaitu tidak lebih dari 5 parts per trillion (ppt) untuk senyawa PFAS tunggal, dan total 10 parts per trillion (ppt) untuk lebih dari satu.
Beberapa pemerintah federal Amerika Serikat juga mengeluarkan pedoman sukarela untuk ambang batas PFAS untuk gabungan dua senyawa PFAS spesifik harus di bawah 70 parts per trillion (ppt). Selain PFAS, 2 anggota lainnya, perfluorooctanoic acid (PFOA) dan perfluorooctane sulfonic acid (PFOS) juga memiliki potensi racun pada dosis yang sangat rendah sehingga Environmental Protection Agency mengusulkan untuk menetapkan batas air minum untuk kedua bahan kimia tersebut masing-masing sebesar 4 parts per trillion (ppt).
Tidak hanya di Amerika Serikat, senyawa PFAS juga terdeteksi di negara lain seperti Prancis. Dari penelitian Boiteux, PFOS; PFHxS; PFOA; dan PFHxA menjadi komponen PFAS yang paling terdeteksi dalam air baku, dengan jumlah PFHxS, PFBS dan PFOS, mewakili 53% dari total konsentrasi yang diukur dalam sampel air baku dan PFHxA menjadi senyawa yang menunjukkan nilai konsentrasi tertinggi sedangkan, saat penelitian dilakukan, tidak ada peraturan nasional/UE tentang tingkat maksimum PFAS di air minum.