Mohon tunggu...
Jonathan Aditya Widjanarko
Jonathan Aditya Widjanarko Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UPN "Veteran" Yogyakarta

-

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sosialisasi dan Pengecekan PPOK sebagai Langkah Promotif, Preventif, dan Kuratif pada Masyarakat Dusun Sawahan 13, Kabupaten Gunung Kidul

17 Juli 2024   13:23 Diperbarui: 17 Juli 2024   16:11 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PPOK

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) sering diasosiasikan sebagai suatu kondisi kronis yang menghambat aliran udara dari paru-paru dan menyebabkan masalah pernapasan. Umumnya, orang-orang dengan usia paruh baya yang merokok akan lebih rentan terserang penyakit PPOK. Seiring berjalannya waktu, penyakit ini akan terus memburuk dan berisiko menyebabkan penderitanya terkena penyakit jantung dan kanker paru-paru. Sehingga dapat disimpulkan bahwa PPOK merupakan peradangan pada paru-paru yang berlangsung dalam jangka panjang.

Dilansir dari website Alodokter, beberapa kebiasaan yang meningkatkan risiko penyakit PPOK antara lain:

  • Memiliki kebiasaan merokok atau sering terpapar asap rokok (perokok pasif)
  • Terpapar polusi udara, misalnya dari debu jalanan, asap dari kendaraan, atau asap pabrik dan industri, bahkan sebagai salah satu efek dari global warming
  • Menderita penyakit asma, tuberkulosis, infeksi HIV, dan kelainan genetik yang menyebabkan kekurangan protein alpha-1-antitrypsin (AAt)
  • Memiliki keluarga dengan riwayat PPOK
  • Berusia paruh baya alias 40 tahun ke atas

Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di dunia. Sebanyak 3,23 juta kematian di tahun 2019 dengan merokok sebagai penyebab utamanya. Dan di Indonesia berdasarkan data riset kesehatan dasar tahun 2013, prevalensi PPOK mencapai 3,7% atau sekitar 9,2 juta jiwa yang mengalami PPOK. Sedangkan berdasarkan Riset Kesehatan Kementerian Kesehatan memperlihatkan jumlah perokok di Indonesia masih sangat tinggi, kira-kira 33,8% atau 1 dari 3 orang di Indonesia merokok. Hal ini memberikan kontribusi pada kejadian PPOK yang besar.

Angka merokok dengan perokok pria mempunyai proporsi yang besar sekitar 63% atau 2 dari 3 pria di Indonesia saat ini merokok. Selain itu peningkatan prevalensi merokok cenderung lebih tinggi pada kelompok remaja usia 10 sampai 18 tahun, yakni sekitar 7,2% naik menjadi 9,1% di tahun 2018 atau hampir 1 dari 10 anak di Indonesia merokok. Dengan besarnya data penderita PPOK dan perokok di Indonesia, maka diperlukan adanya edukasi, pencegahan, serta penanggulangan dalam menurunkan angka PPOK. Dalam hal ini diperlukan peranan tenaga medis disertai partisipasi masyarakat dan kesadaran pasien akan angka penderita PPOK yang kian membludak.

Dusun Sawahan 13 memiliki jumlah perokok aktif yang cukup banyak. Kami memberikan undangan secara door to door sebanyak 72 buah dari 4 RT yang ada di Dusun Sawahan 13. Kami mengundang sebanyak 72 pria berusia 40 tahun keatas, yang terindikasi sebagai perokok aktif maupun mantan perokok. Berangkat dari kekhawatiran kami akan jumlah penderita PPOK dan banyaknya perokok di dusun ini, kami mengundang mereka dengan harapan untuk dapat melakukan pengecekan dan deteksi dini terkait PPOK.

Langkah Promotif

Menurut buku Kesehatan Masyarakat dalam Determinan Sosial Budaya karya Hermien Nugraheni, SKM, M.Kes., upaya promotif adalah suatu rangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara kesehatannya. Untuk bisa sehat baik fisik maupun mentalnya, masyarakat harus mengenal tubuhnya, kebutuhannya, dan mampu mengubah dirinya.

Hal inilah yang dilakukan oleh mahasiswa KKN UPN Veteran Yogyakarta angkatan 81 kelompok 110 yang bekerjasama dengan mahasiswa KKN Sanata Dharma di Dusun Sawahan 13, Kel. Jatiayu, Kec. Karangmojo, Kab. Gunung Kidul. Kami mengadakan program kerja kolaborasi terkait PPOK dengan mengadakan sosialisasi dan penyuluhan kesehatan PPOK. Agar terlihat profesional, kami mengundang pembicara yang memiliki kapasitas dan kredibel di bidangnya yaitu perwakilan dari Puskesmas Karangmojo untuk menjadi pembicara dalam menyampaikan sosialisasi ini.

Sosialisasi dimulai pukul 12.00 WIB. Namun sebelum itu, kami mempersilahkan peserta untuk screening pertama yaitu dengan mengukur tinggi badan, berat badan, serta tekanan darah peserta terlebih dahulu. Setelah itu kami melakukan sosialisasi yang berisi bahaya merokok, zat yang terkandung dalam satu puntung rokok, serta penyakit paru obstruktif kronik yang menjadi penyakit berbahaya yang mengintai perokok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun