SEJARAH HUBUNGAN DIPLOMATIK
Dinamika perdiplomatikan antara Brunei dan Indonesia dimulai pada taanggal 1 Januari 1984, dan membuat sebuah wadah komunikasi bilateral pada tahun 2003 melalui forum Joint Commission for Bilateral Cooperation (JCBC). Melalui forum ini, kedua negara dapat membahas berbagai isu bilateral, mengupayakan penyelesaian pending matters serta menyepakati arahan-arahan guna peningkatan hubungan bilateral di masa mendatang. Dalam perkembangannya, JCBC sempat terhenti pada 2003 dan mulai diaktifkan kembali pada tahun 2011.
BENTUK KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG
Dalam rentang tahun 2015-2016, baik Brunei dan Indonesia banyak melakukan kerjasama bilateral dan kunjungan kenegaraan dalam rangka mepererat keharmonisan antar negara tetangga. Pada tahun 2015, Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kenegaraan ke Brunei pada tanggal 7-8 Februari. Dalam kunjungan kenegaraan tersebut telah ditandatangani MoU (Memorandum of Understanding), kerjasama bidang kesehatan dan kerjasama antara KADIN (Kamar Dagang Industri Indonesia) oleh kedua negara. Hubungan bilateral juga diperkuat dengan kehadiran Sultan Hassanal Bolkiah untuk memenuhi undangan Presiden Joko Widodo dalam rangkaian Peringatan Konferensi Asia Afrika dan New Asian -- African Strategic Partnership (NAASP) pada bulan April 2015. Kunjungan juga dilakukan oleh wakil Menludag, Dato Errywan, menghadiri Bali Democracy Forum ke -8 di Bali pada 10-11 Desember 2015. Sedangkan untuk kerjasama ASEAN, Indonesia dan Brunei Darussalam terus menjalin kerjasama erat, khususnya dalam menyongsong Komunitas ASEAN pasca 2015.
Dalam bidang ekonomi, turunnya harga minyak dunia juga berpengaruh pada neraca perdagangan antara Indonesia dan Brunei Darussalam. Indonesia sempat mengalami surplus pada semester pertama 2015, namun kembali defisit hingga akhir 2015 karena nilai impor Indonesia terhadap Brunei meningkat pada semester kedua. Lesunya ekonomi global juga berimbas pada nilai perdagangan kedua negara yang menurun sebesar 360%. Penurunan total nilai perdagangan tersebut disebabkan oleh berkurangnya jumlah impor migas dari Brunei sebesar 476,8%. Sementara ekspor non migas Indonesia ke Brunei juga menurun sebesar 99%. (Sumber: kemlu.go.id). Komoditi ekspor Brunei adalah minyak mentah, bahan-bahan kimia, crude materials, permesinan & peralatan transportasi, dan bahan mentah. Barang -- barang tersebut yang menjadi komoditi ekspor Brunei ke Indonesia. Besarnya nominal volume perdagangan Brunei Darussalam dan Indonesia sebesar B$262,2 juta atau USD194,2 juta pada tahun 2015.
Di bidang sosial budaya dan keagamaan, hubungan bilateral Brunei dan Indonesia berjalan dengan baik, Sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim, kedua negara melakukan beberapa tindakan, tercermin dari saling kunjung antar pejabat Brunei dan Indonesia atau sebaliknya. Diantaranya kunjungan Anggota Dewan Perwakilan Daerah ke Universiti Brunei Darussalam, pada bulan Desember 2015. Selain, itu kunjungan dalam rangka pemeliharaan tali sosial dan budaya terlihat dalam beberapa kesempatan, diantaranya adalah:
* Kunjungan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI, KH Hasyim Muzadi ke Mufti Kerajaan Brunei dan Menteri Hal Ehwal Ugama Brunei, pada bulan Oktober, 2015.
* Kunjungan balasan Menteri Hal Ehwal Ugama Brunei dalam rangka The Fourth International Conference of Islamic Scholars (ICIS) di Malang pada tanggal 23 -- 25 November 2015 yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri RI bekerjasama dengan Kementerian Agama RI, UIN Malang dan Sekretariat Jenderal ICIS.
* Kunjungan Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) tahun 2015 ke Mufti Kerajaan Brunei; Kementerian Hal Ehwal Ugama Jabatan Haji sebagai pengelola urusan Haji dan Darussalam Holdings, pada tanggal 24 -- 27 November.
Di bidang investasi, Brunei melakukan investasi yaitu berupa pendirian Nusa Dua Beach Hotel, Bali senilai US$ 15 juta. Sedangkan Indonesia melakukan investasi yaitu berupa pendirian perusahaan/swasta murni jasa manufaktur "Besmindo", yang memberikan pelayanan teknik sektor pertambangan dan perusahaan industri air minum "Sehat" yang dioperasikan perusahaan patungan Indonesia-Brunei Darussalam "Indonesia-Brunei Investment Cooperation (IBIC)". Â Saat ini tengah dijajaki kemungkinan kerja sama investasi antara kedua negara di bidang pertanian (pupuk organik, benih padi, dan produk pertanian lainnya) dan kerja sama di bidang energi (pengeboran minyak/proyek seismik dan petrokimia).
Dalam bidang pendidikan pun Brunei dan Indonesia sama-sama melakukan beberapa kerjasama. Diantaranya kunjungan antar universitas/perguruan tinggi dan penandatanganan kerjasama antar universitas/perguruan tinggi pada rentang tahun 2015-2016, seperti:
* Kunjungan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan dan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta mengunjungi Universiti Islam Sultan Sharif Ali (UNISSA) pada bulan Desember 2015.
* Penandatanganan MoU antara Universiti Islam Sultan Sharif Ali (UNISSA) dengan Universiti Darussalam Gontor Ponorogo (UNIDA) pada 12 Desember 2015.
* Penandatanganan MoU antara Universiti Islam Sultan Sharif Ali (UNISSA) dengan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau (UIN SUSKA Riau) pada tanggal 16 Oktober 2015.
* Kunjungan Universitas Muhammadiyah Pare-Pare (UMPAR) ke Universiti Islam Sultan Sharif Ali (UNISSA) dan Kolej Universiti Perguruan Ugama Seri Begawan (KUPUSB) pada bulan Februari 2016.
Kerjasama di bidang pendidikan juga dilakukan dengan cara mengadakan pertukaran pelajar. Pada tahun 2015 tercatat sebanyak 63 mahasiswa Brunei yang sedang melakukan studi di Indonesia. Sejumlah program yang diikuti antara lain, Program Community Outreach dan Discovery Year dari Universiti Brunei Darussalam (UBD), program pengajian luar dari Kolej Universiti Perguruan Ugama Seri Begawan, serta program pertukaran pelajar ASEAN University Network (AUN) dari Institut Teknologi Brunei dan Universiti Brunei Darussalam. Adapun universitas/perguruan tinggi di Indonesia yang dituju adalah Universitas Pekalongan, UIN Alaudin Makassar, Universitas Bina Nusantara, Institut Teknologi Bandung, Universitas Airlangga dan Universitas Indonesia.
Di bidang pertahanan dan keamanan, angkatan bersenjata kedua negara telah secara berkala melakukan latihan bersama, pimpinan angkatan bersenjata saling melakukan kunjungan, dan saling mengirimkan personel untuk mengikuti kursus atau pelatihan militer. Perwira-perwira menengah TNI ikut serta dalam kursus pengembangan kepemimpinan nasional "Executive Development Programme" (EDP) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertahanan Brunei. Seorang perwira menengah lainnya berpartisipasi dalam Staff and Command College angkatan pertama yang diselenggarakan oleh Angkatan Bersenjata Diraja Brunei (ABDB). Sementara itu, perwira pertama TNI telah mengikuti Junior Staff Course (JSC) yang diselenggarakan oleh Institut Latihan ABDB sejak tahun 2007.
Tak ketinggalan kerjasama di bidang ketenagakerjaan dan konsuler pun dilakukan. Warga Negara Indonesia yang berada di Negara Brunei Darussalam sampai dengan awal April 2016 berjumlah 76.691 orang (sumber: data lapor diri KBRI Bandar Seri Begawan dalam kemlu.go.id). Sementara itu, Tenaga Kerja Indonesia di Brunei Darussalam berjumlah sekitar 33.552 (sumber: data Jabatan Buruh tahun 2015 dalam kemlu.go.id). Dengan banyaknya tenaga kerja di masing-masing negara, maka hubungan kehamornisan perlu dilakukan. Dalam rentang 2015-2016, dilakukan The 2nd JWG on Consular Matters yang diselenggarakan di Indonesia bulan November 2015, dan The 3rd JWG on Consular Matters yang diselenggarakan bulan Mei 2016 di Brunei Darussalam. Nota Kesepahaman MoU mengenai ketenagakerjaan juga dibahas melalui Joint Working Groups on Labour Matters. JWG Groups on Labour Matters merupakan seri lanjutan dari pertemuan pembahasan mengenai ketenagakerjaan oleh kedua negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H