Limology, atau studi tentang perbatasan, merupakan cabang kajian dalam hubungan internasional yang berfokus pada analisis batas-batas wilayah. Di era globalisasi saat ini, perbatasan bukan hanya sekadar garis pemisah antarnegara, tetapi juga ruang interaksi, konflik, dan kerja sama.
Istilah limology berasal dari Bahasa Latin, yaitu "limes" berarti batas dan "logos" berarti ilmu. Studi HI tentang perbatasan mencakup dimensi sosial, ekonomi, dan kultural yang mempengaruhi interaksi antarnegara.
Perbatasan menjadi arena di mana berbagai aktor saling berinteraksi satu sama lain. Studi limology mencakup berbagai pendekatan multidisiplin, di antaranya sosiologi, ekonomi, politik, antropologi, sejarah, hukum, dll.
Perhatian terhadap perbatasan meningkat seiring globalisasi dan munculnya isu-isu terkait konflik dan keamanan perbatasan. Dari segi geopolitik, perbatasan dilihat sebagai alat kekuasaan dan kontrol dari sebuah negara.
Pandangan Joseph S. Nye, seorang ahli hubungan internasional dan pencetus konsep soft power, globalisasi telah mengubah cara negara memahami dan menggunakan perbatasan. Ia berpendapat bahwa, "Dalam dunia yang saling bergantung, batas-batas negara menjadi semakin tipis; isu-isu seperti perdagangan, migrasi, dan keamanan melampaui batas-batas tradisional negara" (The Future of Power, 2011).
Studi Kasus: Perbatasan Amerika Serikat-Meksiko
Perbatasan antara AS dan Meksiko menunjukkan perbedaan ekonomi dan sosial yang mencolok. Garis perbatasan ini membentang sejauh 3.110 km, mulai dari Samudra Pasifik di sebelah barat hingga Teluk Meksiko di sebelah timur.
Wilayah perbatasan ini merupakan salah satu kawasan perdagangan tersibuk di dunia. Kesepakatan perdagangan seperti NAFTA (sekarang digantikan oleh USMCA) memungkinkan peningkatan perdagangan lintas batas dan menciptakan kawasan industri maquiladora di sisi Meksiko, di mana perusahaan AS memanfaatkan biaya tenaga kerja yang lebih murah.
Wilayah ini juga menjadi tempat pertukaran budaya yang cukup kompleks. Penduduk di kedua sisi perbatasan sering kali memiliki identitas campuran, menciptakan budaya yang khas, seperti dalam bahasa, makanan, dan tradisi.
Namun, perbatasan ini juga menjadi titik rawan bagi aktivitas ilegal seperti imigrasi gelap, perdagangan narkoba, dan perdagangan manusia. Aktivitas ini sebagian besar dikuasai oleh kartel-kartel besar Meksiko, seperti Kartel Sinaloa dan Kartel Jalisco New Generation, yang menggunakan jaringan terorganisir untuk menyelundupkan manusia dan barang ke wilayah AS.
Sebagai respons, pemerintah AS membangun dinding perbatasan di sejumlah titik strategis dan meningkatkan pengawasan melalui teknologi canggih, serta meningkatkan jumlah personel di lapangan. Langkah ini dirancang untuk menghalangi berbagai aktivitas ilegal, tetapi sering kali memaksa imigran dan pelaku penyelundupan mencari jalur yang lebih berbahaya, seperti melewati gurun atau medan sulit lainnya.