Mohon tunggu...
Jonathan Mangatur
Jonathan Mangatur Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Sinefil

Dikasi Tahu Malah Dimakan Dipikir Pikir ngapain Dipikir Baru Mau Tau Tapi Lama Tau Dikasih Cobaan malah Dicobain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Museum Keraton Surakarta: Linimasa Gambaran Perkembangan Budaya di Tanah Jawa

23 Desember 2022   01:51 Diperbarui: 23 Desember 2022   02:26 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para Penguasa Kasunanan Surakarta yang terdapat di dalam Museum Keraton (dokpri)

Keraton Surakarta Hadiningrat merupakan sebuah bangunan cagar budaya Tingkat milik Pemerintah Kota Surakarta (Solo) yang dibangun pada tahun 1744. Keraton ini awalnya sengaja dibangun dengan tujuan untuk menggantikan bangunan sebelumnya yang hancur akibat konflik perang pada tahun 1743. 

Pada saat itu Pemerintahan Kasunanan Surakarta masihlah dipimpin oleh Sultan Pakubuwono II, yakni Leluhur dari Sultan Pakubuwono XII yang secara Adat dan Budaya memimpin Kota Surakarta di masa kini. Pada saat itu Pakubuwono II menjadikan keraton ini sebagai benteng pertahanan dan juga dijadikan sebagai salah Markas Besar Pemerintahan Kolonial Belanda di Indonesia (bernama Hindia Belanda pada saat itu). Desain keraton ini tidak terlepas dari budaya lokal yang kental dengan nuansa Jawa.

Nah, di dalam komplek bangunan keraton terdapat Museum Keraton yang akan Penulis bahas secara singkat. Museum ini didedikasikan khusus untuk pelestarian harta benda yang ada atau dari dalam Keraton itu sendiri. 

Di keraton ini juga terdapat pentas seni dimana tarian tradisional, wayang dan kesenian asli Jawa lainnya dimainkan pada hari-hari tertentu. Sejarah bangunan resmi keraton milik Kesultanan Surakarta ini, semuanya bermula pada tahun 1743.  Saat itu terjadi konflik yang menyebabkan Keraton Kartasura digantikan oleh Keraton Surakarta Hadiningrat.

Kembali ke dalam Topik pembahasan, Museum Keraton Surakarta Hadiningrat merupakan sebuah museum yang menyimpan berbagai koleksi masa lampau. Salah satu diantaranya adalah kereta emas yang digunakan oleh Sultan/Raja saat hendak berkeliling dan menyapa warga lokal kerajaan. Kemudian terdapat tandu yang digunakan untuk berbagai keperluan dan juga ada koleksi senjata kuno seperti keris dan tombak. 

Dalam museum ini juga terdapat koleksi lain yang tidak terkait dengan Kerajaan tetapi masih satu linimasa dengan perkembangannya seperti lukisan karya seniman terdahulu yang memiliki nilai estetika tinggi.

Salah satu diorama yang terdapat di dalam Museum  (dokpri)
Salah satu diorama yang terdapat di dalam Museum  (dokpri)

Berjalan melalui Museum Keraton Surakarta seperti perjalanan melewati zaman peradaban dari Keraton Kartosuro menuju Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Sejarah panjang kehidupan dan budaya keraton sejak masa Sri Paduka Susuhunan Pakubuwono II hingga Paku Buwono XII hingga saat ini. Museum yang terletak di kompleks keraton ini erat kaitannya dengan adat budaya Jawa dan asal usul kota Solo. 

Berdirinya Keraton Surakarta Hadiningrat tidak lepas dari masa kelam Keraton Kartosuro di bawah Susuhunan Pakubuwono II. Mulai dari kerusuhan Pacinan hingga pemberontakan kerabat kerajaan yang tidak senang dengan campur tangan kekuasaan kolonial Hindia Belanda yang menguasai keraton saat itu. Pada tahun 1756, Pakubuwono II resmi meninggalkan Keraton Kartosuro dan menempati keraton baru yang didirikan di desa Solo bernama Keraton Surakarta Hadiningrat.

Museum ini terbagi menjadi 13 ruangan dengan beragam koleksi artefak mulai dari peralatan masak, peralatan militer, senjata kuno, gerobak, perlengkapan seni, topi kebesaran dan  banyak peninggalan sejarah lainnya. 

Di antara sekian banyak koleksi peninggalan yang ada didalam ruang XII terdapat sebuah kayu berbentuk kepala raksasa yang digunakan sebagai penghias perahu yang disebut perahu Kyai Rojomolo pada zaman Pakubuwono IV. Tidak jauh di sebelahnya terdapat juga sebuah dayung yang digunakan sebagai kemudi perahu. 

Pakubuwono IV konon menggunakan perahu ini untuk menyusuri (Sungai) Bengawan Solo menuju Pulau Madura untuk menikah dengan putri dari Pamekasan (Madura), Arca Kyai Rojomolo. Salah satu peninggalan tertua di museum tersebut adalah kereta emas peninggalan  Pakubuwono II saat keraton masih berada di Kartosuro pada tahun 1746. Kereta emas ini bernama Kyi Gruda, pemberian dari kereta perang VOC Hindia Belanda ke Kemas Buwono II.

Di tengah kawasan museum terdapat  mata air bernama Sendang Songo. Disebut Sendang Songo karena tempat tersebut pernah digunakan untuk semedi Susuhunan Paku Buwono IX ketika ia meminta seorang putra yang nantinya akan menggantikannya sebagai kepala Keraton Kasunanan di Surakata Hadiningrat.

Bila dilihat dengan seksama terlihat sebuah bangunan dengan batang pohon berdiri dibawahnya, tentu saja bukan melainkan sebuah Sumur yang dimaksud  (dokpri)
Bila dilihat dengan seksama terlihat sebuah bangunan dengan batang pohon berdiri dibawahnya, tentu saja bukan melainkan sebuah Sumur yang dimaksud  (dokpri)

Mengunjungi museum memudahkan wawasan tentang peradaban masa lalu, yang tentunya dapat menambah pemahaman tentang sejarah, adat istiadat dan budaya dari setiap situs warisan yang ada dan diharapkan dapat meningkatkan kecintaan kita terhadap tradisi, adat istiadat dan tata krama budaya asli negara kita tercinta, Indonesia.

Jika pengunjung datang pada tanggal dan hari yang tepat, maka pengunjung bisa ikut menyaksikan upacara adat yang biasanya dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Misalnya ketika upacara menyambut malam satu suro, dan juga upacara perayaan kenaikan Nabi Muhammad SAW diadakan. 

Upacara budaya dari keraton ini juga mengajarkan kepada pengunjung tentang banyak hal. Salah satunya adalah tentang budi luhur dan keharusan untuk selalu bersyukur kepada semesta, sebab telah diberikan kesehatan dan rezeki yang berlimpah.

Referensi:

Ipung. (2012). Museum Keraton Surakarta Hadiningrat. Tabloid Pamor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun