Erupsi Gunung Semeru
Pada tanggal 4 Desember 2021, Indonesia dikejutkan dengan erupsi dari Gunung Semeru yang menyebabkan banyak kerugian baik material maupun non material, selain itu tidak sedikit juga merenggut banyak nyawa. Tidak sedikit warga yang mengalami luka akibat bencana ini. Hingga saat ini sudah terdapat 45 korban yang meninggal dunia sampai 9 orang yang masih hilang ditelan debu asap erupsi Gunung Semeru ini.Â
Seluruh pihak yang mengalami bencana harus mengungsi pada posko pengungsian yang sudah disiapkan oleh pihak pemerintahan. Banyaknya korban yang meninggal dari bencana erupsi ini membuat warga local bertanya-tanya, mengapa tidak ada tanda peringatan dari BMKG untuk segera dilakukan evakuasi akan warga sekitar sehingga korban dari  bencana alam yang baru ini terjadi dapat diminimalisir?Â
Pihak pemerintah & BMKG Â dirasa-rasa kurang siap dalam mengantisipasi bencana alam di kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Pemerintah dianggap kurang mampu dalam mengantisipasi bencana ini dikarenakan tidak adanya EWS ( Early Warning System ) pada desa tersebut.
Pemerintah juga dinilai kurang sigap dalam memberikan edukasi pada masyarakat setempat soal bahayanya lahar panas maupun debu erupsi yang dihasilkan oleh gunung ini. Edukasi ini sangatlah penting jika melihat dari kondisi yang ada, pihak warga lebih menyaksikan fenomena yang ada dibandingkan pergi mengevakuasi diri mereka.Â
Tidak hanya menyaksikan bahkan ada yang sempat-sempatnya mengabadikan kejadian ini kemudian memasukkannya ke dalam akun social media yang seharusnya tidak patut dilakukan apabila sedang dalam keadaan genting seperti bencana erupsi Gunung Semeru ini.Â
Namun apa daya nasi sudah menjadi bubur, kini seluruh kerugian sudah ditampung oleh pihak warga local, tidak sedikit dari pihak warga Kabupaten Lumajang meminta kebaikan Bapak Presiden Joko Widodo untuk mendirikan kembali rumah warga yang sudah habis akibat letupan Gunung Semeru di tempat yang layak mereka tempati sebagai rumah tinggal yang aman & nyaman.
Risiko Yang Ditimbulkan Dari Erupsi Gunung Semeru
Erupsi Gunung Semeru ini bukanlah erupsi yang pertama kali terjadi, sudah pernah terjadi dengan skala yang cukup besar namun lagi-lagi telat untuk menanggulanginya.Â
Bencana alam erupsi ini mengakibatkan risiko yang begitu dahsyat bagi warga local yang ada antara lain seperti risiko catastrophic, risiko finansial, maupun risiko kematian yang dinilai sangatlah besar.Â
Risiko catastrophic ini merupakan risiko bencana alam yang menimbulkan kerugian dimana dalam risiko ini mengandung risiko finansial yang mana banyak rumah warga hancur hingga tidak dapat menyelamatkan harta benda masing-masing ditambah rumah mereka sudah tertutup abu yang cukup tebal hingga risiko kematian dimana warga sudah tidak dapat tertolong kembali hingga harus balik kepada Rumah Bapa yang ada di Surga.Â
Tindakan preventif sangatlah penting dilakukan oleh pihak pemerintah dan warga local. Kedua pihak ini harus dapat turut andil dalam memecahkan masalah bencana ini.
Tindakan Preventif Dalam Mengatasi Dalam Erupsi Gunung Semeru
Memang resiko bencana erupsi gunung berapi tidak dapat dicegah, namun kita tetap dapat meminimalisir dampak kejadian risiko ini dengan memahami apa saja indikator dan bahayanya. Awan panas, lava, dan abu vulkanik merupakan 3 bahaya utama yang harus kita hindari. Tanda-tanda gunung berapi akan meletus menjadi poin utama yang harus kita perhatikan, seperti :
1. Suara gemuruh dari gunung
2. muncul bencana gempa bumi
3. Munculnya uap dan area panas di sekitar gunung & pemukiman
4. Hewan-hewan di sekitar lereng gunung pergi meninggalkan tempatnya
Hal-hal seperti ini patut diperhatikan agar tidak kembali memberikan dampak kepada warga Indonesia apalagi pemukiman warga yang berada di sekitar wilayah gunung yang ada di seluruh Indonesia. Maka dari itu, peringatan dini penting namun edukasi kita akan dampak dan tanda-tanda dari suatu bencana alam juga sangatlah penting agar tidak menyesal di kemudian hari. Semoga setelah kejadian besar seperti ini kembali terjadi, warga local sudah dapat menyesuaikan diri & mampu menanggulangi dengan edukasi yang sudah diberikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H