Mohon tunggu...
Cerpen Pilihan

Pengorbanan yang Tak Tergantikan

8 November 2017   17:04 Diperbarui: 8 November 2017   17:33 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mencoba mencari satu-satunya hal yang membuat ku datang jauh-jauh ke masa ini, karena aku tahu bahwa ini merupakan masa di mana semuanya terjadi, masa di mana ayahku mati di tangan para penjajah Jepang. Diantara kegaduhan yang telah terjadi, aku menemukan diriku mencari jalan untuk pulang. Aku tahu, satu-satunya cara aku dapat menemuinya lagi, untuk pertama kalinya sejak sekian lama, yaitu di rumah.

Rumah yang sudah tua, kembali ke zaman ini rumah tersebut terlihat sangat megah dan bagus. Warna dari cat tembok yang sangat mencolok, dan bangunan yang terlihat megah diantara bangunan-bangunan disekitarnya. Di antara tanaman di halaman depan rumah tersebut, berdirilah sesosok pria berbadan besar dan gagah. Sebuah sosok yang sudah tidak pernah ku lihat selama 13 tahun belakangan ini.

Tanpa kusadari, mulai lah terbentuk aliran air yang deras dari mataku. Rasa kerinduan tak dapat kutahan, namun aku tidak dapat menunjukkan diriku yang sedang menangis ini kepadanya. Karena itu aku menunggu beberapa jam, sebelum aku memutuskan untuk menemuinya. Aku mencoba memberitahu kepadanya apa yang direncanakan oleh tantara Jepang, bahwa mereka akan melakukan penipuan terhadap pasukan yang ayahku ikuti. Aku memberi tahu bahwa beberapa bagian dari PETA akan dianiaya dan disiksa. Namun ketidakpercayaan menjadi lawan terbesarku, ayahku merupakan seorang pejuang dan tidak mungkin ia akan menyerah semudah itu, ditambah seorang yang tak ia kenal datang untuk melarangnya membela negaranya.

Aku tidak tahan lagi, aku akhirnya memberi tahu kepadanya mengenai jam tangan yang kumiliki, memberi tahu bahwa aku baru saja dari masa depan, dan bahwa aku adalah anaknya.

Ini merupakan hal yang cukup menggemparkan baginya, aku yakin ada beribu-ribu pertanyaan yang ingin ia sampaikan kepadaku. Namun ia hanya mengatakan, "Tidak ada pengorbanan yang tidak akan ayah ambil untuk bangsa ini, terlebih untuk keluarga ini".

Dengan begitu, aku mengakhiri perjumpaan dengan ayah yang singkat tersebut, dan aku pulang kembali ke waktu dimana aku berasal. Kini aku mengerti, bahwa semua yang terjadi, memiliki alasan, terkadang alasan tersebut lah yang membuat kita mengambil keputusan untuk melakukan tindakan tersebut, sebesar apapun pengorbanannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun