Maka dari itu, pendorongan masyarakat untuk menggunakan transportasi umum dapat menjadi salah satu solusi. Dalam hal pendorongan masyarakat terhadap penggunaan transportasi umum, maka dapat dibuat sebuah sistem mirip dengan MRT dan Transjakarta, yang lintasannya dari desa Cipagalo, menembus Bojongsoang, dan sampai ke desa Baleendah.Â
Kedua, dalam pembangunan flyover ini, perlu dicermati situasi dan kondisi masyarakat disekitar tempat yang ingin dibangun flyover tersebut. Perlu dipikirkan bagaimana cara agar pembangunan flyover tidak mengganggu aktivitas ekonomi warga tersebut, yang apabila ingin menyambung daerah Bojongsoang dan sekitarnya dan kalaupun mengganggu aktivitas ekonomi warga (dengan misalnya mengambil lahan tempat usaha), maka diperlukan persediaan lahan lain untuk warga tersebut.Â
Selain itu, tentu saja akan diperlukan komunikasi musyawarah mufakat yang terbuka dan efektif dari masyarakat kepada bupati, dan juga sebaliknya, agar diketahui dengan jelas kebutuhan dari masyarakat apa dan bagaimana cara untuk melaksanakannya. Tujuan dari ini adalah agar pelaksanaan projek pembangunan dapat dijalankan dengan baik, dengan masyarakat dan bupati tersatu pemikirannya. Selain itu dalam proses pembangunannya, perlu dipikirkan jadwal dan cara yang baik dan terstruktur agar proses pembangunan tidak mengganggu aktivitas masyarakat (seperti kebisingan, degradasi lingkungan, dan sebagainya).Â
Ketiga, salah satu penyebab permasalahan kemacetan yang terjadi adalah banjir. Oleh karena itu pada jalan Bojongsoang( dan juga daerah-daerah di sekitarnya) ditambahkan sistem resapan airnya, dimana adanya penyaluran air kepada selokan dan sungai terdekat, seperti sungai Cikeruh.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H