Pagi itu langit di atas dermaga dipenuhi oleh awan. Sinar sang mentari tak kunjung kelihatan seperti yang saya harapkan. Padahal malam sebelumnya saya sudah memasang alarm agar bisa bangun pagi untuk melihat matahari terbit. Apa boleh buat, akhirnya saya hanya duduk lalu berbaring di ujung dermaga sambil ditiupi angin laut.
Jadwal padat telah menunggu kami untuk bersiap lagi menelusuri pulau-pulau cantik Karimunjawa. Pegawai resor pagi-pagi sudah mengantarkan sarapan pagi. Saya akui pelayanan mereka sangat baik dan ramah, selalu sigap merespons apabila ada permintaan dari para tamu. Mereka juga menawarkan untuk menikmati sarapan di pinggir pantai dengan meja lipat yang bisa dipasang di atas pasir. Inilah salah satu kelebihan apabila meninap di sebuah pulau.
Selesai sarapan kami segera bergegas menyiapkan peralatan yang akan dibawa pada kegiatan hari ini. Sebab, jika terlalu siang kami bisa tidak mengunjungi semua spot menarik yang sudah direncanakan sebelumnya. Sekitar jam sembilan kurang Pak Busyro tiba-tiba sudah nongol di depan kamar menjemput kami ke kapal dan bergabung dengan peserta tur yang kemarin lagi.
Ombak pada pagi itu sedikit lebih besar dibandingkan dengan kemarin. Kapal yang masih berada di depan resor saja sudah terombang-ambing. “Semuanya tolong dipakai ya baju pelampungnya, kita mau ke arah timur, ombaknya disana besar-besar..”, teriak Pak Nandar dari belakang kapal. Bila di awal perjalanan kami semua terlihat girang dan senang, saling ngobrol, bercanda, tapi semua berubah saat kapal sudah berada di tengah laut dan diterpa ombak tinggi. Ada yang menahan pusing, menahan rasa mabuk, dan bertanya “kapan nyampenya sih?!”.
Pulau Tengah
Akhirnya sampai juga di tujuan pertama. Setelah melawan ombak selama kurang lebih 1 jam sampailah kami di pulau bernama Tengah. Tidak tau kenapa dinamakan tengah, padahal letaknya bukan di tengah-tengah Karimunjawa.
Di pulau ini aktivitas kami adalah snorkeling. Semuanya langsung buru-buru nyebur ke laut, maklum lah selama perjalanan kami semua seperti ikan yang lagi dijemur matahari dan abis itu diasinkan lalu dimasak. Beda dengan saya, kalau terburu-buru berenang sehabis digoyang ombak badan akan terasa lemas dan kepala terasa pusing. Tapi dengan melihat yang lain sedang bermain air rasanya tidak sabar lagi untuk menceburkan diri.
Setelah kira-kira 1 jam-an kami selesai snorkeling. Pas sudah naik di atas kapal tiba-tiba perut rasanya mual sekali, kata Mas Nandar sih itu tandanya butuh asupan gizi. Kode saya pun direspon dengan baik, Pak Busyro langsung tancap gas pergi ke Pulau Cilik untuk makan siang.
Pulau Cilik
Pulau Cilik hanyalah sepelempar batu dari Pulau Tengah. Usain Bolt belum sampai garis finish 100 meter kapal kami sudah besandar dengan aman di dermaga. Beda dengan situasi di pulau sebelah, di Pulau Cilik ini sudah ramai oleh orang-orang seperti kami yang lapar. Semuanya ternyata lagi menunggu ikan bakar yang sedang dibakar.