Semua orang butuh bersantai. Layaknya smartphone yang perlu untuk di-charge setelah lama dipakai, kita juga perlu santai sejenak dari aktivitas yang padat agar bisa lebih produktif lagi .
Pertengahan tahun 2014 adalah saat-saat yang sangat melelahkan bagi seorang siswa kelahiran 96 yang ingin melanjutkan permainan pendidikannya di jenjang yang lebih tinggi. Sayalah salah satu dari siswa tersebut. Ujian Nasional bukalah akhir dari perjuangan, di depannya masih ada ujian-ujian masuk ke perguruan tinggi.
Makanya setelah selesai itu hati rasanya campur aduk, dag-dig-dug, apakah ini yang dinamakan cinta?
Saya butuh liburan!
Liburan kemana? Karena saat itu jiwa adventure saya belum muncul, jadilah Bali sebagai destinasi santai saya. Bali, seperti yang semua orang tau adalah pulau dengan pantai dan sawahnya yang indah disertai dengan kemudahan fasilitas penunjangnya. Hotel, objek wisata, dan transportasinya sangat bersahabat. Orang mau istirahat ya cari yang gampang aja, tidak seperti Togean yang perjalanannya minta ampun.
Nusa Dua saya kira hanyalah seperti pantai-pantai di Bali lainnya. Garis pantai yang panjang, orang-orang berjemuran di pantai, hotel dan toko-toko berjejeran di pantai. Ternyata Nusa Dua itu dibuat menjadi sebuah kompleks yang berisikan hotel atau resort kece (baca: mevvah). Bukan maksud pamer, tapi saya memang baru tau #piss
Hari Pertama, setelah bersusah payah bangun dari tidur saya langsung pergi ke pantai. Penasaran banget sama pantai yang menurut salah satu situs travel menjadi pantai terbaik di Asia.
Disini pantainya tidak surfing-able, ohiya pantas pantainya tidak ramai, akhirnya tau juga penyebabnya. Karena tidak bisa berselancar, orang bule disini memilih untuk bermain parasailing dan pastinya berjemur.
Selain panorama pantai, di Nusa Dua ada sebuah pulau kecil yang terhubung oleh gundukan pasir dari daratan. Ketika air laut pasang gundukan pasir akan tenggelam sedikit di bawah permukaan air dan pulau kecil tersebut semakin terlihat sebagai pulau kecil yang terpisah.