Dari pengamatan saya (sok ahli geologi padahal kerjaannya ngitung duit) tipe struktur pulau disini kebanyakan adalah karang/cadas/karst , sama seperti daratan Sulawesi Tengah kebanyakan. Sekilas mirip Raja Ampat, bahkan ada tempat yaitu sebuah teluk kecil yang berisikan pulau-pulau karst kecil tersebar, saya sendiri menamakan tempat ini “mini Raja Ampat”nya Togean.
Togean memiliki segalanya. Keindahan dan keajaiban panorama atas dan bawah lautnya tidak usah ditanyakan. Dengan lokasi yang berada di jantung coral triangle, Togean memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi di laut. Bomba Atoll adalah satu dari puluhan site snorkeling/diving yang terbaik.
Mayoritas suku disini adalah Suku Bajo dengan sebutannya “sea gypsy” atau “manusia laut” karena mereka terkenal akan keahliannya dalam mengarungi lautan dan tempat tinggal mereka yang berada di atas laut. Ternyata setelah ditelusuri, bukan hanya suku Bajo yang menetap di wilayah Kepulauan Togean dan bukan hanya orang Bajo yang tinggal di rumah-rumah panggung.
Contohnya saja di Pulau Taupan, sewaktu menyusuri perkampungan kecilnya saya berbincang dengan salah satu keluarga nelayan. Ketika menanyakan asalnya, ternyata mereka berasal dari Gorontalo. Orang tuanya katanya berasal dari Gorontalo dan juga Ampana. Di Desa Bomba ada suku yang bernama Suku Ta yang mempunyai bahasa daerah sendiri! Desa terakhir yang saya kunjungi sangat bersih, rapih, dan keramahan orang-orangnya membuat hati ini ingin tinggal.
Kadang, setengah miris juga melihat keadaan masyarakat yang tinggal disini. Kemiskinan masih menjadi topik utama. “Apakah ada pejabat negara yang pernah kesini, oh, apakah Menteri Susi pernah kesini?”, “menteri Susi pernah kesini, tapi tidak ke semuanya, hanya ke Wakai dan Malenge”, jawab warga di desa Bomba. Ah, untung saja sudah ada yang pernah melihat keadaan disini, mudah-mudahan saja ada perubahan signifikan. Walaupun begitu, saya tetap bisa melihat senyuman manis mereka. Itulah untungnya menjelajahi pelosok negeri, berlibur sekaligus menambahkan rasa bersyukur dan peduli kepada sesama.
Cukup banyak tempat-tempat yang saya kunjungi. Tapi sedih juga rasanya tidak sempat ke Pulau Papan, tempat terkenal dimana ada perkampungan orang bajo dan jembatan kayu panjang yang menjadi keunikannya. Tidak juga kesampaian untuk menyelam bersama schooling barracuda yang katanya wajib kalau ke Pulau Una-una. Ini tandanya saya harus kembali kesana, harus.