Nilai Sosial :
Menolong orang dengan tidak memandang siapa yang di tolong karena menolong dengan ikhlas seperti dalam novel tokoh Danar yang menolong Tania dengan tidak memandang siapa Tania.
Nilai Moral :
Memberi pengetahuan kepada kita bahwa sesuatu yang terlihat sulit nyatanya tidak sesulit yang kita lihat jika kita ingin bersungguh sungguh mencapainya seperti dalam novel tokoh Tania yang pantang menyerah menjalani hidupnya walau banyak rintangan yang menghalanginya.
Memegang janji 'Aku menyeka sudut mataku yang berair. Tidak. Aku sudah berjanji kepada Ibu untuk tidak pernah menangis. Apalagi menangis hanya karena mengingat semua kenangan buruk itu.' (Hal. 31)
Setelah melakukan analisis pada novel "Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin" maka dapat dilakukan penilaian yaitu tentang kelemahan dan kelebihan pada novel tersebut.
Kelemahan novel ini antara lain; menurut saya ceritanya klise, agak mirip sinetron. Karya Tere Liye yang lainnya selalu bisa membuat saya betah membaca tanpa ada keinginan untuk melompati masing-masing bagian cerita. Tapi ketika membaca novel ini, berkali-kali saya lewatkan bagian-bagian yang terasa membosankan. Berbeda dengan karya Tere Liye yang lain, yang meskipun sederhana tapi bisa terasa istimewa lewat penuturannya yang apa adanya. Tapi tetap saja novel ini memberikan pelajaran. Terutama filosofi "daun yang jatuh tak pernah membenci angin". Apapun yang kita alami, jangan pernah menyalahkan keadaan.
Kelemahan lain dari novel ini  sepertinya Tere Liye tidak memakai Editor atau penyunting dalam penerbitan novelnya, saya tidak melihat nama editor di halaman ISBNnya. Oleh karena itu, terdapat beberapa kalimat rancu dan kurang efektif di dalamnya. Apalagi tanda bacanya banyak sekali yang terlewatkan. Tapi, semua itu tidak mengurangi makna ceritanya.
Novel ini cukup membuka mata kita bahwa cinta tak pernah mengenal usia dan cinta butuh suatu kejujuran sekalipun pahit rasanya harus kita katakan sebelum akhirnya cinta itu justru menyakiti orang-orang yang kita sayangi. Novel ini dibuat seperti teka-teki pada alur cerita dan pada nama tokohnya, sehingga membuat pembacanya penasaran untuk terus membaca novel ini sampai selesai. Meskipun begitu, alur campuran yang digunakan kadang cukup membuat pembacanya menjadi cukup kesulitan. Bagian akhir cerita yang tidak digambarkan secara jelas juga membuat pembacanya menafsirkan ending yang berbeda-beda sesuai kemauannya.
Kelebihan novel ini, banyak sekali tentunya. Tere Liye berhasil mengajak pembaca untuk memiliki logika berpikir yang lebih rasional dan berbeda. Mengambil kesimpulan tidak hanya dari satu sudut pandang, tapi lihatlah sudut pandang lainnya. Dengan demikian, segalanya akan terasa adil dan masuk akal. Dan kamu akan menerima segala sesuatunya dengan lapang tanpa membantah, seperti daun yang tidak pernah membenci angin yang menerbangkannya ke sana kemari. Kita harus menerima takdir dan garis kehidupan yang ditentukan Tuhan. Karena apapun yang terjadi, hidup harus terus berjalan.
Bahasa yang digunakan dalam novel ini  cukup puitis, penggunaan bahasanya sangat tepat sehingga mampu menyentuh hati dan membuat imajinasi muncul ketika membacanya. Meski ada beberapa gaya bahasa yang mungkin akan sulit dipahami bagi kaum awam. Bahasa percakapan dalam novel ini bersifat narasi dan dialog, sehingga ketika membacanya tidak memberikan efek jenuh atau kebosanan, malah terlihat sangat bervariatif, segar, dan menarik.