Mohon tunggu...
Frumentius Jonathan Mac Sosa
Frumentius Jonathan Mac Sosa Mohon Tunggu... Supir - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang memiliki hobi public speaking dan tidur.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Kajian Islam di Jawa dari Para Indonesianist

7 Maret 2022   10:48 Diperbarui: 7 Maret 2022   10:52 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: tokopedia.com

Saya menemukan berbagai penelitian dari Indonesianist yang melakukan studi kultural pada budaya Indonesia. Bagi yang belum menegetahui apa itu Indonesianist, Indonesianist merujuk kepada tokoh-tokoh yang memiliki (umumnya) berkewarganegaraan asing, tetapi mempunyai ketertarikan secara umum terhadap Indonesia atau melakukan kegiatan penelitian mengenai kebudayaan, politik dan kehidupan sosial di Indonesia. 

Tokoh-tokoh Indonesianist yang terkenal seperti Clifford Geertz, George McT. Kahin, Benedict Anderson, Herbert Feith, W.W Wertheim, Richard Robison, Jefrey Winters, Max Lane, Edward Aspinall dan berbagai tokoh lainnya.

Dalam artikel kompasiana kali ini, saya akan memberikan pendapat saya tentang dua karya hasil riset studi kultural tentang negara Indonesia yakni “Bandit Saints Of Java” karya George Quiin yang merupakan dosen senior dari  Australian National University di Canberra dan “The Religion Of Java” karya Clifford Geertz yang merupakan seorang ahli antropologi asal Amerika Serikat. Kedua tokoh ini memiliki pandangan tersendiri tentang budaya Indonesia karena kecintaan dan ketertarikan mereka mempelajari budaya Indonesia, terutama budaya jawa.

Buku “Bandit Saints Of Java” merupakan buku yang menceritakan tentang bagaimana pengaruh islam dari tokoh-tokoh yang terpandang di masyarakat terhadap masyarakat di daerah jawa. Rincian yang tepat terhadap sejarah Islamisasi di Jawa tidaklah begitu jelas, terjadi setelah adanya pergeseran dari agama Hindu Buddha yang sebelumnya mendominasi di daerah Jawa selama abad ke-15 dan ke-16. Buku ini juga berfokus pada perjalanan misionaris muslim yakni para wali songo yang menjadi permulaan perkembangan budaya islam di Indonesia.

Satu ide yang muncul dengan jelas dari "Bandit Saints of Java" adalah betapa cair dan dinamisnya “tradisi” di Jawa. Sebelum muncul tradisi keislaman yang diturunkan oleh para wali songo, Jawa memiliki budaya dan tradisi yang beragam sehingga bisa dikatakan sangatlah unik. Mulai dari arsiketektur, bahasa, aksara dan sebagainya. Anggota wali songo menyebarkan agama islam kepada masyarakat dengan cara yang beragam sehingga membuat masyarakat Jawa mudah untuk mengaplikasikan budaya keislamannya pula.

Quinn memiliki bakat luar biasa untuk menceritakan kembali legenda individu dengan cepat, dan kemampuan yang baik untuk menarik humor tegang yang terlibat dalam perselisihan teologis yang tertanam dalam legenda lisan, dan teks-teks Jawa kuno. Quiin juga tidak segan-segan berbicara tentang peristiwa-peristiwa baru yang sedang dibicarakan pada saat itu tampak menandakan kebangkitan islamisme yang tidak toleran di Jawa: kepanikan moral atas dugaan adanya aktivitas “LGBT” di kampus-kampus dan media; kasus penistaan agama tahun 2017 terhadap mantan gubernur Jakarta Basuki Tjahja Purnama.

“Sejarah, keyakinan, tempat, devosi, dan panasnya umat manusia yang padat berkumpul dalam satu tubuh yang bergetar lembut. Itu menarik saya jauh ke dalam sebuah komunitas. Saya bukan lagi orang luar yang tinggi dan berkulit putih, yang, sebagai rasa hormat, mendapat tempat prioritas di sisi orang suci. Saya menjadi suara yang tidak diperhatikan di antara banyak suara, getaran dalam paduan suara”, ujar Quinn.

sumber: goodreads.com
sumber: goodreads.com

Buku ini saya rasa juga memiliki hubungan  dengan buku “The Religion of Java” pada tahun 1960 milik Geertz. Buku yang menceritakan tentang budaya islam kuno dari sisi antropologis yang mempopulerkan istilah santri dan abangan untuk muslim ortodoks yang ketat untuk tradisionalis pedesaan. 

Tetapi tidak hanya itu, Geertz dalam buku ini juga menyebut ‘varian priayayi’ sebagai tipe ke 3 tetapi gagal menjadi wacana populer. Perbedaan pola penelitian dimana Geertz yang lebih ke arah islam kuno dan Quinn yang cenderung ke arah perubahan budaya islam menjadi titik temu yang bagi say, membuka pengetahuan terhadap budaya islam itu sendiri.

Jika saya mengkaji dari sisi keilmuaan yang ada pada mata kuliah kajian kultural komunikasi, bisa ditemukan bahwa studi dari para Indonesianist ini menggunakan beberapa teori tentang kajian kultural komunikasi. Meskipun sempat disinggung di buku-buku tersebut, para peneliti terlebih dahulu mempelajari budaya yang ada di Indonesia (terutama islam jawa), sehingga mereka bisa menulis hasil dari studi kultural mereka ini. Oleh karena itu, ke valid-an data memang tidak bisa diyakini seratus persen kebenarannya, akan tetapi, karya-karya ini dapat memberikan pengetahuan kepada kita tentang budaya kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun