Belum lagi uang yang didapatkan oleh si kreator dari tontonan masyarakat akan lebih banyak dan menguntungkan. Misal dalam satu konten ada berapa adsense yang masuk, endorse serta profit yang didapatkan. Tentu tidak adil jika kita bandingkan dengan orang yang menjadi objek kemiskinan di konten tersebut.
Mengapa sekarang orang jarang melihat ke masalah atau akar utama kemiskinan? Bisa saja kreator mengajarkan kepada orang-orang yang miskin untuk membuat usaha, mengelola uang, investasi dan sebagainya. Namun, mengapa hanya sekedar memberi uang saja? Jawabannya, karena bukan itu yang disukai oleh masyarakat.Â
Budaya yang menggunakan kemiskinan sebagai tontonan sekali lagi telah mengakar ke dalam diri masyarakat kita. Cara untuk menghentikannya dibilang sulit kalau kita tidak berani untuk berubah. Memang, kalau menurut saya masalah kemiskinan tidak akan bisa hilang. Akan tetapi, apakah anda akan terus menerus terjebak dengan konten-konten kemiskinan seperti ini? Apakah anda akan terus menikmatinya sebagai sebuah tontonan? Jawabannya hanya anda yang tahu.
Salam Kreator.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI