Mohon tunggu...
Vox Pop Pilihan

Ahok: Awal Mula Era Independen?

12 Maret 2016   19:51 Diperbarui: 13 Maret 2016   16:48 1228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inovasi politik rakyat (PR) vs Regulasi politik kartel (PK)

[caption caption="https://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://assets-a1.kompasiana.com/statics/files/14104503141368217876.jpg%253Ft%253Do%2526v%253D1200&imgrefurl=http://www.kompasiana.com/iswekke/ahok-politisi-yang-tidak-tahu-tata-krama_54f5d936a33311f64e8b475c&h=724&w=1024&tbnid=F1Y1W8WbbM-KWM:&docid=Bmb4ew8oC7n7jM&ei=PzflVoPaLsG0uQSniLXADw&tbm=isch&ved=0ahUKEwjD9aLysL3LAhVBWo4KHSdEDfgQMwhYKCwwLA "][/caption]

Inovasi adalah ikhtiar merintis jalan perubahan. Regulasi identik dengan mekanisme lembaga/institusi dalam mempertahankan kekuasaan. Ahok mengambil standing position di basis Politik Rakyat, didukung generasi muda, sementara lawan-lawannya mengandalkan kekuatan Politik Kartel, dibeking generasi tua.

Gaya avonturir politisi yang berpindah-pindah partai menjadi wajar dan perlu, mengingat tuntutan arus perubahan jaman yang membutuhkan gerak cepat yang dinamis dan konsistensi mencipta perubahan. Jika satu institusi miskin perubahan, segera tinggalkan. Cari yang laen, institusi yang lebih mengakomodasi semangat perubahan. Kalau tak nemu, ciptakan sendiri, jadilah perubahan itu sendiri. Dengan atau tanpa institusi. Itulah yang dilakukan Ahok, menjadi perubahan itu sendiri. Dia melepaskan ketergantungan terhadap parpol, terhadap tokoh besar, ia menghindari hidden-deal bantuan kartel. Ia memilih menyatu bersama nafas dan degub nadi rakyat, warga dki. Trus, itu salah?

Mungkinkah bergerak cepat bila mengikuti mekanisme kaderisasi partai yang gak jelas itu? Mungkinkah orang baru mencipta momen perubahan sementara partai dikuasai orang lama dan kroninya yang itu itu melulu?

Ahok pun hadir menggelindingkan kebaruan yang penuh dengan kisah heroik bernuansa prestasi. Tak butuh waktu lama, Ahok menjadi simbol perlawanan rakyat kecil melawan segala kebobrokan sistem pemerintahan, termasuk menumpas preman, mafia, hingga kartel.

Lihat bagaimana Ahok menghabisi tindak tanduk fpi, Ahok menghabisi preman lapak tanah abang, Ahok menindak tegas kekumuhan di kampung pulo, Ahok menghabisi penguasa kalijodo, Ahok melibas kekolotan metromini yang ugal-ugalan, Ahok mengganyang kongkalikong anggaran di dprd dki, Ahok mendisiplinkan PNS yang bobrok, malas, ogah-ogahan kerja, minim kinerja dan korup, Ahok anti penyelewengan duit rakyat. Sedap nian... 

Di sisi lain, Ahok menyediakan rumah susun bagi warga miskin, menyediakan RS dan pelayanan kesehatan yang disiplin, memberikan kartu sehat kartu pintar, menyediakan bus gratis dari rumah susun menuju sekolah anak-anak, menyediakan layanan birokrasi yang tidak ribet, memperbaharui jakarta yang lumayan bebas dari banjir tiga tahun belakangan, menyalurkan kredit UMKM bagi pengusaha kecil dan jelata yang selama ini dilupakan politik kartel. Menyiapkan warisan Jakarta Baru untuk saluran air bersih dan saluran limbah yang tertata dari hulu ke hilir. Kurang bukti apa lagi keseriusan Ahok dalam berinovasi?

Tampil dengan bahasa vulgar tanpa tedeng aling adalah seperti menyentuh alam bawah sadar rakyat. Subkonsius yang selama ini terbungkam terdiam tak mampu angkat suara. Kalo kata Gunawan Muhamad, "mereka yang kehilangan kepercayaan kepada partai, mereka yang dianggap bisu oleh partai, tetapi masih memiliki harapan bahwa perubahan bisa terjadi via demokrasi". Yohanes Surya pun mengibaratkan partai seperti batu besar yang diam maunya diam terus, lamban, lembam, hanya bergerak ketika dipecut, dipukul, didorong ditarik, bereaksi hanya ketika diberikan gaya, ketika mendorong batu besar, tangan pun bisa sakit. 

Kini, Ahok seolah menjadi loudspeaker subkonsius rakyat jelata yang merembes muncul ke permukaan tatanan alam kesadaran publik sehari-hari. Ahok bergumul dan bertungkuslumus dengan kehidupan sehari-hari warga dki. Mencari solusi. Ahok adalah pejuang kekinian yang trengginas, hancur demi rakyat, menggilakkan bah kata anak medan. Dengan keberanian tingkat wahid Ahok memaki dan menghujat segala sesuatu yang menjadi penyebab kebodohan, kemiskinan, dan kebobrokan. Nasib rakyat kecil yang tertindas dan terbengkalai seperti beroleh uluran tangan tak terlihat via fenomena Ahok.

Ahok kian menjadi simbol perilaku yang diinginkan dan dibutuhkan rakyat. Ia menyatu dengan sifat-sifat rakyat dengan cara menjauhi dan menciptakan jarak dari penguasa politik kartel turun temurun itu. Dekat dengan penguasa identik dengan persekongkolan dan penyalahgunaan wewenang. Ahok memilih menjauh dari para elit tua, dan sebaliknya merangkul kaum muda. "Telepon saya hidup 24 jam untuk warga DKI, silakan telpon/sms dan adukan kelakuan PNS DKI yang bobrok, saya ada untuk melayani, untuk membantu". "Cegat dan jumpai saya ketika turun dari mobil di depan BalaiKota"...dsb dsb.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun