Manusia cenderung berpikir bahwa merekalah yang memenuhi seluruh dunia. Apakah itu benar ? Sejujurnya, terdapat satu mahluk kecil yang kasat mata yang kita lupakan. Mahluk ini yang secara signifikan lebih melimpah dan menutupi lebih banyak permukaan Bumi daripada manusia. Mahluk tersebut adalah bakteri.
Bakteri sendiri adalah organisme hidup mikroskopis yang dapat ditemukan dimana-mana di sekitar kita. Bakteri merupakan anggota dari kelompok besar mikroorganisme uniseluler (bersel satu) yang memiliki dinding sel tetapi tidak memiliki organel dan inti yang terorganisir. Bakteri bisa bersifat membahayakan atau kurang menguntungkan yaitu dapat menyebabkan infeksi ataupun penyakit. Tetapi bisa saja menguntungkan, seperti dalam proses fermentasi (seperti dalam wine) dan dekomposisi.
Mahluk kecil ini ditemukan pertama kali pada tahun 1676 oleh Anton Van Leeuwenhoek. Ia pertama kali mengamati bakteri melalui mikroskop dan menyebutnya "animalcules". Awal mulanya, Royal Society meragukan teorinya mengenai penemuan organisme bersel satu mikroskopis. Tetapi, kemudian Leeuwenhoek meyakinkan Royal Society untuk mensetujui hasilnya. Akhirnya, sekitar akhir tahun 1670-an,  Leeuwenhoek mengirim data dan gambar rinci mengenai penemuannya di  bakteri dan alga ke Royal Society di London.
Pada tahun 1838, Kristen Jerman Gottfried Ehrenberg menyebut mereka sebagai bakteri, dari kata "baktria" yang merupakan bahasa Yunani. Hal ini berarti "tongkat kecil", walaupun pernyataan ini sesuai dengan fakta yaitu bakteri pertama yang ditemukan merupakan bakteri berbentuk seperti tongkat, tetapi juga terdapat bakteri yang berbentuk seperti spiral dan bola.
Moffett pernah berkata bahwa "Jika Anda melihat ke atas dan ke bawah ukuran makhluk hidup, bacteri mendominasi skala mereka, manusia mendominasi skala mereka, semut cenderung mendominasi hal-hal di antaranya." (www.bbc.com)
Seperti kata Moffet, setiap mahluk memiliki kekuasaan atas skalanya masing-masing. Tidak beda dengan bumi yang manusia pijak setiap harinya telah melewati evolusi miliaran tahun. Manusia sudah mengenal bumi dengan baik apa adanya, tetapi manusia tidak memiliki banyak kekuasaan atas apa yang akan terjadi di kemudian hari.
Bukan sebuah rahasia lagi bahwa situasi lingkungan di bumi kita ini semakin rumit. Tidak hanya global warming tetapi juga terdapat polusi industri, dan  tidak lupa maraknya penebangan hutan hujan. Disamping hal tersebut, ada juga masalah besar mengenai kepunahan spesies atau mungkin lebih besar yaitu kepunahan massal. Suhu lingkungan lokal menjadi kurang stabil akibat mundurnya lapisan Es Wisconsin saat Pleistosen akhir, maka beberapa habitat dihilangkan, menyusut dan menghilang. (Gibbons, 2004)
Salah satunya adalah kepunahan Mammoth. Seperti yang kita ketahui hal ini terjadi karena kejadian-kejadian evolusi pada masa itu. Alasan populer yang sering diberikan untuk kematian Woolly Mammoth ini adalah ketika Bumi mulai memanas, iklim dunia menjadi terlalu ekstrim bagi Mammoth.Â
Mammoth terbiasa hidup dalam kondisi yang dingin. Selain itu, para ilmuwan juga berpendapat bahwa sebuah asteroid atau komet besar akan menghantam Amerika Utara, yang mengarah ke pencairan lapisan es, kebakaran hutan ekstrim, dan deru angin kekuatan angin topan.
Di abad ke-21 ini, tidak ada yang tahu berapa banyak spesies yang terancam punah. David Wilcove memperkirakan ada 14.000 hingga 35.000 spesies yang terancam punah di Amerika Serikat, yaitu 7 hingga 18 persen flora dan fauna dari keseluruhan. IUCN telah menilai sekitar 3 persen spesies yang dijelaskan dan mengidentifikasi bahwa 16.928 spesies di seluruh dunia sebagai terancam punah, atau sekitar 38 persen dari yang dinilai.Â