Di tengah penjajahan industri digital, seniman musik bukan hanya dituntut untuk mahir membuat lagu, melainkan juga musti lihai mempromosikan karya. Pun demikian dengan band lokal asal Karanganyar, Harmoni Amourest.
Personil yang berasal dari jebolan komunitas teater Karanganyar itu cukup dikenal di kalangan seniman Solo, khususnya Karanganyar. Namun ketika kukenalkan di Klaten dan Jogja menjadi terasa asing. Entah apa sebutannya, aku menganggap Harmoni Amourest merupakan musik yang beraliran folk populer.
Digawangi gitaris jebolan Teater Sopo UNS, Irawan mengonsep Harmoni Amourest menjadi band yang enak dan nyaman didengar khalayak ramai. Beberapa kali mengisi acara resepsi pernikahan, pertunjukan kesenian, dan kegiatan sosial. Ada juga personil lain yang cukup familiar di tengah seniman Solo seperti Chairurrahman (Iyung), Ina, Mahawang, hingga Andri.
Resmi dibentuk pada 31 Agustus 2010, filosofi band Harmoni Amourest berasal kata "Harmoni" yang dimaknai sebagai sebuah keselarasan dalam proses bermusik dan proses kehidupan. Sementara kata "Amourest" diambil dari kata "Amor" yang dalam bahasa Yunani artinya adalah "cinta". Lagu yang diciptakan didominasi cerita tentang kehidupan, kebersamaan, perjuangan hidup, dan cinta yang universal.
Saat ini, band tersebut sudah berhasil menelurkan dua album. Beberapa lagu andalan seperti Luar Biasa, Gorean Tinta-Nya, hingga Lagu Senja masih menjadi playlist di HP-ku. Beberapa personil sering menjadi narasumber musik di acara radio dan TV lokal Solo. Meski sudah muncul di Spotify dan SoundCloud, media promosi Harmoni Amourest masih sangat kurang.
Cukup memprihatinkan ketika seniman musik yang benar-benar berkarya, popolaritasnya jauh tertinggal dari band atau penyanyi cover. Di Indonesia, mungkin banyak "Harmoni Amourest" lainnya yang dipaksa ikhlas menerima nasib. Membuat karya berbulan-bulan namun "dipantati" biduan dangdut yang numpang terkenal via karya orang lain.
Sementara belum ada wadah karya musik yang bisa mempromosikan karya musisi lokalan. Harmoni Amourest jelas memilih hidup realistis dengan menjadikan jiwa keseniannya sebagai hiburan semata, bukan untuk dijadikan pekerjaan. Bahkan, hanya demi dikenal, mereka rela dibayar seikhlasanya, terkadang hanya diberikan basa-basi terimakasih.
Sedikit mengenal lagu Harmoni Amouret yang cukup relate dengan anak-anak senja kekinian adalah lagu Luar Biasa.
Hidup ini indah, pernuh warna-warni
Tetaplah melangkah dan selalu tersenyum
Karna waktu tak kan berulang kembali
Dan dunia terus berputar
Â
Lirik-lirik optimisme yang lugas dan tersurat. Tidak menye-menye seperti lirik Asmalibrasi atau syair-syair Fiersa Besari. Lanjutan part lagunya juga punya lirik nan indah memikat hati dengan nuansa semangat hidup dan level keimanan.
Usap air matamu, hapuskanlah dukamu
Ada jalan keluar bila kau mencoba
Karna Tuhan tak kan mungkin mengujimu
Di luar batas mampumu
Â
Tentu industri musik di karisedenan Solo tidak semeriah Jogja, Bandung, atau Jakarta. Band atau penyanyi terbitan kota-kota tersebut mudah melalang buana di panggung-panggung festival domestik dan nasional, termasuk mudah mendapat atensi dari radio dan televisi swasta.
Sementara di luar kota tersebut hanya berharap keberuntungan karyanya bisa dikenal luas. Bahkan ada yang bermodal besar di periklanan YouTube namun tetap sepi undangan mengisi acara-acara musik festival. Apalagi Harmoni Amourest yang pendengarnya hanya lingkup lokal dan segmented kawan-kawan teater Solo Raya.
Padahal jika ada ruang mempromosikan lagu-lagu Harmoni Amourest dengan lirik-lirik syahdunya, besar peluang mendapat pasar generasi milenial yang mulai terjajah musik-musik K-Pop. Jika tidak percaya, coba dengarkan lagu-lagu lainnya yang berjudul, Titik Hitam, Lagu Pagi, Cerita Merpati, dan Tautan Hati.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H