Mohon tunggu...
Joko Yuliyanto
Joko Yuliyanto Mohon Tunggu... Penulis - Esais

Penulis buku dan penulis opini di lebih dari 150 media berkurasi. Penggagas Komunitas Seniman NU dan Komunitas Partai Literasi.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menjadi Interisti Harus Sabar, Inter Milan Itu Sudah Sering Difitnah

20 Maret 2023   14:00 Diperbarui: 20 Maret 2023   14:05 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inter Milan | pixabay.com/kappilrinesh 

Saya masih komitmen dengan ucapan saya sembilan tahun yang lalu bahwa lelaki itu "wajib" suka sepak bola. Lelaki tidak suka sepak bola itu ibarat wanita tidak suka make-up an. Ada, tapi wagu. Nah, kebetulan saya suka sepak bola karena merupakan olahraga paling bermasyarakat.

Tinggal di kampung sudah pasti ada "lapangan" sepak bola. Entah kebun kosong, halaman selepan (penggilingan padi), atau bahkan sawah setelah panen. Berbekal bola plastik dengan simbol gawang pakai sendal atau batu bata, anak-anak bisa riang gembira bermain sepak bola sampai azan maghrib.

Sebagai anak generasi 90-an, saya juga aktif nonton liga dunia. Waktu SD, hanya Liga Italia yang konsisten ditayangkan di TV nasional, RCTI. Sekira tahun 2000-an awal, saya mulai menggilai Inter Milan yang sudah berganti nama menjadi Internazionale Milano. Penyebabnya adalah aksi elegan duet striker dunia Ronaldo-Vieri alias Ronie-Bobo. Kemudian muncul pemain kawakan lainnya, yakni Alvaro Reccoba.

Sejak mendeklarasikan sebagai fans Inter Milan (Interisti), saya aktif mengikuti pertandingannya, baik di Liga Italia maupun di Liga Champions. Bahkan sering telat bangun sekolah karena dini hari nonton di layar televisi hitam-putih. Harus muter antena di luar rumah agar "semut-semut" di TV berkurang.

Karena terlanjur cinta, meski pemain-pemain yang dulu diidolai pindah ke rival seperti Vieri yang hijrah ke Juventus dan Ronaldo berselingkuh ke AC Milan, cinta saya pada Nerazzurri tetap abadi, setidaknya sampai sekarang. Buktinya empat tahun ke belakang, saya tidak pernah absen melihat pertandingan Inter meski sebatas laga uji coba.

Sempat saat kuliah hingga awal kerja juga aktif ikut nonton bareng dengan Inter Club Indonesia (ICI -- Moratti) fanbase resmi Inter Milan cabang Indonesia di Solo dan Klaten. Melihat gairah luar biasa dari interisti lainnya. Tahun 2012 juga sempat hadir di Gelora Bung Karno dalam laga uji coba melawan Indonesia.

Meski tidak semeriah menjadi fans tim Liga Premier Inggris, menjadi penggemar klub Liga Italia punya sensasi tersendiri. Apalagi banyak intrik di dalam dan luar lapangan yang mampu memainkan emosi penggemar. Paling masyhur ya kasus Calciopoli yang memakan korban klub-klub elit Liga Italia, kecuali Inter Milan.

Ya, kami (Interisti) dihadiahi hibah juara liga dari Si Nyonya Tua. Sebab alasan itulah, jadi fans interisti dibenci habis-habisan sama Juventus dan Milan. Bukan bermaksud mengerdilkan AS Roma, Lazio, dan Napoli, drama liga itu yang masih berkutat di tiga tim teratas secara perolehan gelar juara tersebut.

Inter dan Juventus disebut sebagai persaingan tim Derby D'Italia yang merujuk pada pertandingan bigmatch dua tim yang belum pernah degradasi. Meski seharusnya tidak lagi relevan karena Tim Zebra sudah pernah juara Serie-B pas kasus calciopoli. Olok-olokan yang biasa ditujukan ke Inter biasanya berkisar sebagai tim yang juara lewat meja hijau (pengadilan).

Berbagai argumen kerap dilayangkan sebagai trik kelicikan presiden sebelum Erick Thohir, Massimo Moratti. Padahal sejak kasus itu sampai sekarang, berualang kali Juventus mengajukan banding dan hasilnya ditolak. Interisti punya argmumen, Juventini pun demikian. Pembuktian keadilan kan ya di pengadilan. E, terhadap pengadilan pun masih dituduh curang. Ya begitulah, jadi interisti harus sabar.

Selanjutnya pada musuh bebuyutan sekota, AC Milan. Entah kenapa milanisti di Indonesia begitu jahatnya pada interisti. Sering mengajak dan menghasut fans lain untuk membenci Inter. Padahal milanisiti dan interisti di Milan akur. Terlihat pas nonton di stadion bareng dan aksi elegan Curva Nord dan Curva Sud di masing-masing tribun penonton.

Paling dongkol saat debat di grup pecinta sepak bola liga Italia di Facebook. Seringkali sumpah serapah milanisti muncul saat Inter menang tipis atau telak sekali pun. 

Alasan curang, suap wasit, hingga give away pinalti. Paling lucu ketika ada yang mengaku interisti mencoba menyerang Juventus agar terjadi huru-hara. Iseng saya cek akunnya. Beberapa postingan terakhir adalah pemain-pemain Inter. Sementara cek histori foto banyak koleksi pemain dan jersey Milan. Dasar akun kloningan yang punya niat adu domba untuk memantik emosi antar suporter.

Sekali lagi, jadi intersti harus sabar dengan segala propaganda.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun