Misal tulisan saya tidak dimuat di banyak media skala nasional, mungkin saya masih sepakat. Oke, tulisan saya banyak, tapi jelek. Lha ini, tulisan saya sudah dimuat diratusan media berkurasi, masak masih diklaim tulisan saya jelek?!
Nah, kebetulan saya penulis tapi bukan pembaca yang baik. Saya jarang sekali baca buku. Bahkan banyak tulisan tersebar di internet hanya saya baca sekilas. Referensi tulisan saya hanya dari mendengar diskusi di YouTube atau diskusi dengan teman-teman yang saya anggap pintar. Itulah kenapa tulisan opini saya jarang memuat referensi tulisan atau data. Sebab saya memang malas baca!
Jangankan membaca tulisan orang lain, tulisan saya saja jarang saya baca ulang. Misal tulisan saya ini, jarang sekali saya revisi misal ada typo. Ya memang karena saya malas baca. Saya hanya senang menulis.
Jadi jangan takut menciptakan hobi menulis, sedangkan kalian adalah jenis manusia yang malas baca. Menulis saja dulu yang rutin. Setiap hari kirim ke media sampai redaktur atau editornya kasihan. Barangkali nanti bisa dimuat dan mendapat cuan. Misalpun tidak dapat cuan, setidaknya ada kenikmatan yang sulit dijelaskan jika ide atau gagasan yang kita tulis bisa dibaca ribuan orang di Indonesia.
Jadi menurut saya, hobi tidak perlu dibayar. Lhawong kita sedang bersenang-senang. Ibarat main futsal, kita tidak butuh menuntut bayaran, malah kita yang seharusnya membayar (sewa lapangan). Kalau ternyata hobi kita dibayar, seharusnya kita bersyukur, bukan malah sambat, "Kok bayarane ra mashok?!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H