Mohon tunggu...
Gus Memet
Gus Memet Mohon Tunggu... Relawan - Santri Kafir

Ada dari satu suku kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Integral Accident di Era Disrupsi Informasi

7 Januari 2023   19:25 Diperbarui: 7 Januari 2023   19:29 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: infojateng.id

"Uf.., lega saya, Gus. Tapi ketika transformasi ke media digital yang menjadi platform peradaban ini terjadi, apaka mereka juga akan kehilangan integritas demi memenuhi mode kecepatan?"

"Wallahua'lam, Dik. Pergeseran demi pergeseran mode peradaban yang mengalami percepatan ini bisa jadi merupakan sunatullah. Sekarang saja, gejala runtuhnya bangunan sosial mulai terasa. Kasus kematian keluarga Kalideres misalnya.

"Lantas, apa yang harus dilakukan untuk setidaknya meminimalisir potensi integral accident yang fatal? Sefatal perang global, bencana alam, atau yang paling mungkin terjadi adalah dehumanisasi? Banyak ilmuwan dan kaum bijak coba menjawab. Salah satunya bisa kita temukan dalam etika masa depannya Hans Jonas.

"Tapi menurutku, pembacaan Hans Jonas walau dilabeli etika masa depan, tak lebih dari konservatifisme. Dari jejak panjang peradaban, konservatifisme terbukti tidak mampu menghentikan sama sekali laju pemuliaan peradaban, including manfaat dan mafsadatnya. Yang ada, ia hanya rem untuk memelankan gerak apocaliptik peradaban umat manusia. Menjaga jarak sebisa mungkin dari ujung perjalanan.

"Maka, bagaimana kita bersikap, adalah value utamanya. Apakah kebijaksanaan jadul Sunan Kalijaga "angeli nanging datan keli" masih cukup ampuh dijadikan pegangan, ataukah "yen ora ngedan ora keduman"-nya Ronggowarsito yang lebih dominan, di situlah letak makna eksistensi kita.

"Itulah yang menentukan merah biru perbincangan, dongeng, info, kritik... warna literasi macam apa yang hendak kita bagikan di ruang ini. Sama sama bicara soal bola misalnya, Dik Wim boleh terhanyut mengumbar kata memuja Leo Messi dan riuh rendah Piala Dunia.

"Sedang di saat yang sama, mengadvokasi, misalnya dengan mengintroduksi class action dalam tragedi Kanjuruhan pun satu pilihan sudut pandang. Pilihan ke dua itu apa boleh buat, memang mengarah ke jalan sunyi lagi -mungkin- sesat karena menyimpangi pengendali platform ini yang memilih Qatar, bukan Malang, sebagai kiblat.

"Aku, Si John apalagi, punya stand point sendiri di tengah disrupsi ini. Tapi ya, sekonservatif apapun, Dik Wimar bisa lihat akupun harus memenggali banyak kesatuan pokok pikiran menhadi paragraf-paragraf pendek dua hingga tiga kalimat. Aku pun keli, hanyut, terbawa arus walau tak patah arang terus berenang melawan...

"Hidup, proses, masih terus berlangsung. Perang ini tak berujung. Dan kalau boleh, mari kita dengar kata Eminem," I tried so hard, and get so far. But in the end, it doesn't even matter." (GM)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun