Mohon tunggu...
Gus Memet
Gus Memet Mohon Tunggu... Relawan - Santri Kafir

Ada dari satu suku kata

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pulang

17 Desember 2021   23:17 Diperbarui: 18 Desember 2021   00:45 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramai benar warga berembug satu rencana di balai desa. Setelah sekian lama hidup di rantau, kami bersuara bulat demi rindu nan merajam kalbu: pulang. Semua menyambut riang. Tak satupun hendak tinggal selamanya di negeri orang.

Sayang, bila tiba bicara bagaimana hendak kami pulang, gaduhlah banyak orang dengan banyak cara menuju kampung halaman. Masing-masing merasa gagasan di kepalanya yang paling benar.

Dengarlah Dul Somad, sodagar minyak wangi mengusung usulan: "Kita naik pesawat terbang, itu jalan paling cepat tiba di tujuan."

"Setuju. Memang tak sedikit harga harus dibayar. Tapi demi segera pulang, tak apalah panen semusim dikorbankan," Rojak, pegawai Dul Somad unjuk kesepakatan. Dua tiga lainnya condong jua hatinya.

"Tidak. Saya takut ketinggian. Lebih baik naik bus saja," tolak Ngadiman.

"Benar kata Kang Diman. Mana mampu saya bayar bangku kapal terbang? Tapi badan ini ada penyakit gula darah, sebentar-sebentar musti pergi ke belakang. Lebih leluasa naik kereta api saja, muat banyak, dan ada kakus pula," Yosep angkat bicara.

Gede Suarse bangkit berdiri, "Susah payah tiang angsur sepeda motor tiap bulan, tujuan hendak dibawa pulang. Apapun yang terjadi, tiang pulang dengan sepeda motor."

"Bli, motor kan bisa dinaikkan gerbong kereta. Tak capek pula kau ini. Ambo sepakat berkereta saja," uda Rozaq tak hendak diam saja.

"Kapal. Aku akan pancing ikan setiap hari buat kita makan bersama. Biru lautan, buaian gelombang, nyanyian burung camar... Ahai, indah nian perjalanan pulang," mengusul pula Zaini yang saban hari mengayun joran di pinggir kali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun