Mohon tunggu...
joko santoso hp
joko santoso hp Mohon Tunggu... Konsultan -

Pemerhati humaniora / Pernah di industri Advertising 18 tahun / Pernah "kesasar" di Senayan 5 tahun / Penggemar Sop Kaki Kambing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ini Tulisan Sepele, Jika Sibuk, Jangan Baca

1 Oktober 2015   20:17 Diperbarui: 1 Oktober 2015   20:57 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Gambar: http://frankiemay.empowernetwork.com/blog/enjoy-the-simple-things-in-life)

Ini tulisan berisi hal-hal sepele. Sebaiknya Anda abaikan saja jika waktu Anda terbatas. Namun jika Anda punya waktu, mungkin bisa ada gunanya.

1. Di mana Anda menaruh kunci mobil?

Di mana? Di dalam kotak khusus penyimpan kunci? Digabung dengan kunci-kunci lain yang masing-masing digantungi tulisan, "Pintu Depan", "Pintu Garasi", "Pintu Pagar" ? Tentu Anda meyakini bahwa itu tak salah. Juga praktis. Karena pengelompokan kunci itu memudahkan. Ini sesuai dengan standar manajemen 'coding', penyederhanaan. Dengan cara itu kemungkinan ketlisut, kecil.

Atau di atas meja kerja Anda? Atau di dalam lacinya? karena Anda meyakini bahwa kunci mobil adalah domain Anda. Bukan domainnya isteri atau anak-anak. Dan memang pada kenyataannya wilayah meja kerja biasanya adalah salah satu zona aman yang nyaris tak tersentuh anggota keluarga lain.

Atau bisa jadi Anda gantungkan di dalam dinding garasi? Supaya dekat dengan mobilnya? Toh setiap kali akan menggunakan mobil Anda pasti akan ke garasi. Dan di sana kuncinya sudah siap tergantung.

Tapi maaf. Semuanya keliru.

Yang paling tepat adalah, sedekat mungkin dengan posisi tidur Anda. Bisa di atas atau di dalam laci nakas (meja kecil) dekat tempat tidur. Atau gantungkan di dinding kamar tidur yang gampang Anda raih. Mengapa?

Itu adalah upaya preventif. Mirip asuransi. Bedanya kalau asuransi Anda harus membayar premi, baru berhak untuk mengajukan klaim jika mengalami musibah.

Dengan meletakkan kunci mobil di dekat posisi Anda tidur, maka Anda sekeluarga bisa terselamatkan jika penjahat memasuki rumah Anda. Anda cukup meraih kunci mobil dan membunyikan alarmnya. Tak perlu harus keluar kamar yang bisa membahayakan keselamatan Anda. Lalu pada saat yang sama Anda tinggal menelepon nomor polisi. Dijamin penjahat akan tergopoh-gopoh meninggalkan rumah Anda.

2. Mandi pagi sepagi mungkin

Ini nasehat ibu yang selalu saya ingat ketika saya kecil. Ibu tidak hanya memerintahkan hal itu, tapi juga memberi contoh.

Ketika dewasa, saya pernah tergoda untuk menguji-coba ajaran ibu itu. Pada hari Sabtu dan Minggu, saya sengaja "tidak mandi pagi", dan "mandi pagi sepagi mungkin".

Pada uji coba yang pertama, tanpa mandi, saya langsung melakukan aktifitas sebagaimana biasanya. Sarapan, baca koran dan seterusnya. Hasilnya? Baru pukul sembilan saya ingin tidur lagi. Malas ngapa-ngapain. Bahkan saya menyambut dingin dan mencari alasan untuk menolak ketika seorang kawan mengajak untuk ke toko buku, kegiatan yang sesungguhnya saya sukai.

Itu sangat berbeda dengan uji coba hari kedua, "mandi pagi sepagi mungkin". Yang jelas, badan terasa segar. Namun yang sangat berbeda dibanding tidak mandi adalah, tumbuhnya gairah. Sesuatu yang tak saya peroleh jika tidak mandi. Dengan mandi sepagi mungkin, kita berada dalam kondisi siap untuk menyambut hari. Apa yang dimaksud dengan "menyambut hari"? Menuntut ilmu; bekerja; menjemput rezeki. Jadi klop ketika ingat penjelasan ibu selanjutnya bahwa malaikat penebar rezeki itu bekerjanya pagi-pagi.

3. Uniknya kalender Cina

Meski sama-sama ditempel di dinding, kalender Cina berbeda dengan kalender umum. Kalender umum memanjakan kita selama sebulan tanpa perlu merobek dan mengganti dengan halaman baru. Untuk memastikan hari dan tanggal pada bulan yang sama kita cukup melihat ke lembaran yang terpampang paling depan.

Berbeda dengan kalender Cina. Ia harus dirobek hari per hari. Jika tidak akan kadaluarsa.

Jujur, kalender Cina lebih dinamis. Terbayang, setiap pagi pemilik kalendernya akan membuka hari dengan merobek dan "membuang" hari yang telah lewat. Lupakan masa lalu, dan dengan penuh semangat menyongsong hari ini.

4. Ke dokter, butuh persiapan khusus

Ini benar-benar sepele. Kalau sedang sakit, mana sempat berpikir serius? Tapi percayalah... hasil diagnosa dan pemberian resep dokter akan lebih baik jika Anda siapkan diri sedikit lebih serius. Apa yang perlu diseriusin?

Yaitu... merasakan benar-benar, dengan cermat, keluhan apa sebenarnya yang Anda rasakan. Lalu susunlah kalimat yang jelas untuk Anda utarakan kepada dokter. Ingat... diagnosa dokter juga akan ditentukan oleh penjelasan Anda tentang sakit Anda. Tak semua dokter menggemari tanya jawab. Dokter juga manusia. Ada yang pendiam, ada yang cerewet. Di sebuah rumah sakit di selatan Jakarta... saya mendapati seorang dokter yang sudah sangat tua dan nyaris tak pernah sepatahpun mengeluarkan omongan. Untungnya, obat resepnya jarang meleset.

Jika anda mengeluh sakit kepala... sakit kepala yang bagaimana? Pusing atau pening? Itu berbeda dengan sakit kepala berdenyut-denyut (cephalgia). Sakit di bagian tengkuk? Itu lain dengan sakit kepala sebelah ( migrain). Rasa penuh di kepala juga berbeda dengan rasa pusing berputar (vertigo), rasa kepala mau pecah, atau rasa seperti ada yang mencengkeram kepala. Belum lagi, yang disebut "rasa oyong-oyong" (dizziness), kepala rasanya seperti diayun-ayun. Sangat besar kemungkinan obatnya juga beda-beda.

Meski dokter punya rumus dan akan mendiagnosa tubuh Anda dengan alat, namun percayalah bahwa penjelasan benar Anda sangat diperlukan. Tak percaya? Cobalah manakala lambung Anda meradang, katakan kepada dokter bahwa tenggorokan Anda yang sakit. Dan tunggulah Anda akan diberi obat apa.

5. Cara sederhana berhenti merokok

Sebagaimana Anda, saya juga telah mencoba banyak cara agar bisa berhenti merokok. Ada yang cuma berhasil sebulan, setahun atau dua tahun. Namun ada satu cara yang membuat saya berhenti sampai sekarang.

Mengganti kebiasaan rokok dengan permen? Wuah, itu tidak efektif. Makan permennya malah jadi kebiasaan, merokoknya jalan terus. Menggunakan rokok elektrik? Dua kali saya mencoba, dari yang harganya murah juga yang mahal. Malah keduanya hilang entah ke mana. Meneruskan momentum "tidak enak bau rokok" ketika didera flu, dan meneruskannya ketika sudah sehat? Itu hanya sukses beberapa bulan.

Saya lupa, entah ide ini muncul dari mana. Saya suruh dua anak saya yang kala itu berumur enam dan sembilan tahun menulis dengan tangannya sendiri sebaris kalimat. Yang enam tahun kualitas tulisannya masih sangat "cakar ayam". Tak apa. Malah dramatis. Kalimat yang mereka tulis adalah: "Demi masa depan Ethos, demi masa depan Icha... berhentilah merokok, Bapak".

Kertas bertulis itu saya tempel di layar monitor komputer di kantor. Saya minta keduanya menulis selembar lagi... untuk komputer di rumah. Setiap hari, setiap saat, kalimat itu terbaca oleh saya. Bukan... bukan hanya terbaca. Tapi seakan kedua anak saya sendiri yang memohon-mohon hal itu kepada saya. Berhasilkah saya? Sukses sampai sekarang!

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun