Menyebarnya virus Covid-19 di Indonesia sejak awal Maret 2020 menimbulkan berbagai dampak pada aspek kehidupan terutama pendidikan. Upaya yang dilakukan Pemerintah Indonesia guna menekan angka penyebaran Covid-19 yaitu dengan menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga Work From Home (WFH) di berbagai wilayah di Indonesia.Â
Kebijakan tersebut menyebabkan perubahan sistem pendidikan menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Hal ini menimbulkan berbagai masalah psikologis pada anak akibat perubahan yang mendadak seperti mengalami stres, menurunnya semangat belajar, dan menurunnya daya berpikir anak.Â
Menurut Deliviana (2020), perubahan sistem pembelajaran serta kegiatan Work From Home (WFH) berdampak pada kognitif otak anak dan remaja terlebih dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Fungsi kognitif otak merupakan aktivitas mental yang dilakukan secara sadar seperti belajar, berpikir, dan menggunakan bahasa.
Pangan merupakan salah satu aspek penting dalam mewujudkan Susteinable Development Goals (SDGs) yaitu dalam memenuhi tujuan kesehatan yang baik dan kesejahteraan. Berdasarkan tujuan tersebut, penanganan sektor kesehatan dengan menggunakan pangan memiliki potensi besar dalam mewujudkan kesehatan nasional.Â
Hal ini disebabkan keberhasilan pembangunan suatu negara sangat ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul ditandai dengan kondisi mental yang tangguh, fisik yang prima serta otak yang cerdas. Dalam mencapai keadaan tersebut dibutuhkan suplai gizi yang cukup sejak usia anak-anak dimulai dengan konsumsi camilan sehat bernutrisi.
Sektor pertanian memiliki andil dalam mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas disebabkan Indonesia berada di daerah tropis dengan kondisi lingkungan strategis sehingga mendukung kelimpahan Sumber Daya Alam (SDA).Â
Menurut Kusmana (2015), tercatat bahwa flora di wilayah Indonesia termasuk bagian pada flora dari Malesiana yang diperkirakan telah memiliki sekitar 25% dari spesies tumbuhan berbunga yang ada di dunia serta berhasil menempati urutan negara terbesar ketujuh dengan jumlah spesies mencapai 20.000 spesies dan 40%-nya merupakan tumbuhan endemik atau asli Indonesia.Â
Berdasarkan jumlah tumbuhan tersebut, terdapat berbagai macam tumbuhan yang dapat diolah menjadi pangan sehat bernutrisi.
Salah satu kandungan dalam makanan yang dapat meningkat fungsi kognitif otak anak adalah senyawa flavonoid sebagai antioksidan. Senyawa tersebut memiliki kemampuan dalam berinteraksi pada jalur signal interseluler neuron yang bertanggungjawab pada fungsi kognitif otak seperti memori atau belajar.Â
Penggunaan bahan-bahan alam sebagai solusi peningkatan gizi sangat diperlukan guna memaksimalkan potensi sumber daya alam hayati serta meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dengan biaya terjangkau.
 Terdapat berbagai macam bahan alam asli Indonesia yang mengandung antioksidan seperti tumbuhan ketul (Bidens pilosa L.). Menurut Sariningsih (2016), ketul memiliki kandungan senyawa kimia berupa flavonoid, kuersetin, terpenoid, dan minyak atsiri yang berfungsi sebagai antibakteri dan antioksidan.
Tumbuhan ketul termasuk kedalam jenis tumbuhan yang banyak ditemukan pada negara tropis serta subtropis. Gulma merupakan tumbuhan hama yang seringkali kehadirannya tidak diinginkan karena mampu menghambat pertumbuhan tanaman budidaya di sekitarnya.Â
Pemilihan daun ketul (Bidens pilosa L.) sebagai bahan dasar dalam penelitian ini ditujukan untuk memanfaatkan potensi gulma dilingkungan UIN Sunan Gunung Djati yang jumlahnya sangat melimpah tetapi belum termanfaatkan dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H