Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Memaki 'Dungu!' Akankah Messi Kualat?

11 Desember 2022   12:26 Diperbarui: 11 Desember 2022   18:14 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memaki 'Dungu!' Akankah Messi Kualat? (Foto: mercadolibre.com ar)

Que mira' bobo? Anda pa' alla!

Apelo lihat-lihat, dungu? Pergi loe sana!

Itulah kalimat yang terlontar oleh Leo Messi sambil melihat ke suatubarah tertentu saat diwawancarai oleh seorang reporter dari TyC Sports. Rekaman video yang kemudian viral itu diambil sesaat setelah pertandingan perempat final Piala Dunia 2022 antara Argentina-Belanda berakhir untuk kemenangan Argentina lewat adu penalti.

Sangat jarang bahwa La Pulga tampak sangat marah. Sang reporter TyC Sports, Gaston Edul, sampai menenangkan Messi dengan mengatakan "tranquilo Leo, tranquilo..."

Menurut Edul, amarah Messi ditujukan ke pemain Belanda, Wout Weghorst sang pencetak 2 gol tim oranje yang berhasil memaksakan perpanjangan waktu.

Entah apa penyebabnya, tapi kata 'dungu' atau 'bobo' dalam bahasa Spanyol Argentina sepertinya hanya terlontar oleh seorang Messi yang tidak mudah panas atau terpancing emosinya pada situasi yang luar biasa.

Karakter Messi jelas tidak sama dengan salah satu tokoh politik nusantara, (konon) ahli filsafat, yang begitu mudah mengalokasikan predikat dungu pada lawan-lawan politiknya.

Messi jelas bukan pribadi pemain yang cepat marah. Si false 9 yang tungkainya jadi incaran para pemain belakang lawan pada setiap laga ini, tentu tak akan pernah jadi Messi yang sehebat sekarang ini jika ia mudah terpancing.

Entah pertandingan yang panas di mana wasit Spanyol Mateu La Hoz melepaskan 15 kartu atau entah si londo Weghorst yang tidak tahu unggah ungguh saat ingin menyapa Messi di lorong menuju kamar ganti.

Untungnya Argentina yang memenangkan pertandingan sehingga kata-kata dungu Messi tidak terlalu bermakna negatif dan malah cenderung positip. 

"Saat kau menang, semua yang kau katakan adalah benar!".

Demikian kata tokoh imajiner Owen Edward pemain bulu-tangkis Inggris di novel Opera Bulu Tangkus 1995 karya Titi Nginung.

Messi berhak memaki Weghorst, "dungu!", Messi berhak mengkritik Mateo Lahoz sebagai wasit tanpa kualitas maupun Van Gaal dengan cara bermain Belanda. Saat menang semua yang ia bilang adalah benar.

Tapi Messi belum seberapa.

Rekan Messi, sayap kiri Argentina Otamendi malah lebih sadis. Saat Lautaro menceplokan gol penalti untuk kemenangan Argentina, serta merta ia melewek, mengece, mengejek para pemain Belanda yang tertunduk lesu.

Otamendi meledek para pemain Belanda (foto: as.com/Getty Image)
Otamendi meledek para pemain Belanda (foto: as.com/Getty Image)

Mungkin para pemain Argentina itu memang memerlukan katarsis setelah pertandingan panjang yang menegangkan, panjang dan penuh gaprak-gaprakan.

Tapi andai mereka pernah membaca pepatah Jenderal McArthur yang sering dikutip tokoh pembangunan kita Bapak alm. Ir Sutami.

"To win the war not the battle"

Memenangkan perang, bukan pertempuran.

Argentina baru memenangkan a battle atau satu pertempuran yaitu perempat final melawan Belanda. Memenangkan peperangan atau winning the war yaitu menjadi juara Piala Dunia 2022 masih belum terlaksana dan masih dalam level angan-angan.

Berkatarsis dengan berkata dungu atau melewek ke arah para londho yang terpuruk lesu mungkin tindakan yang overdrijvende kata opa saya atau dalam bahasa Indonesia berarti lebay.

Terakhir, mungkin la albiceleste tak akan bertindak demikian jika mereka paham juga pepatah jawa:

"Menang tanpo ngasorak'ke"

Menang tanpa merendahkan, tanpa nyukurin.

Karena saat nyukurin, orang Jawa terancam kuwalat, semacam instant karma yang sepertinya oldschool banget dan mengada-ada tapi nyata ada.

Saat kuwalat, jika tak kuat lantaran belum makan jamu alkuwat, bisa-bisa Argentina tercegat modhar melawan pasukan Modric Kroasia nan hebat.

Kalau sudah begitu mimpi jadi juara dunia 2022 tinggal tetap jadi mimpi Leo Messi dan Argentina tanpa pernah jadi kenyataan seperti Mendung tanpo udhan. Mendung yang akan tetap jadi mendung tanpa pernah jadi hujan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun