Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Espana 82: Piala Dunia Tergila Sepanjang Masa!

12 November 2022   15:57 Diperbarui: 17 November 2022   21:16 3314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas Argentina di Piala Dunia 1982 berfoto dengan spanduk "Malvinas milik Argentina" (foto: AFA)

Kalau ada kontes Piala Dunia tergila yang pernah ada, tak pelak lagi, Piala Dunia 1982 di Spanyol yang memenangkannya.

Spanyol baru bebas 7 tahun dari pemerintahan rejim diktator Franco yang wafat pada tahun 1975 saat menyelenggarakannya. Piala Dunia 1982 menjadi ajang buat negara iberia itu untuk mengejar ketinggalannya di berbagai bidang.

FIFA sendiri membengkakan jumlah negara peserta dari 16 menjadi 24, yang membuat benua Afrika diwakili dua tim: Aljazair dengan trio mautnya, Belloumy-Salah-Madjer, dan Kamerun dengan penjaga gawang legendarisnya, Thomas N'kono.

Di putaran pertama, 24 tim tersebut dibagi dalam 6 grup. Juara 1 dan 2 setiap grup melaju ke putaran kedua.

Selanjutnya, 12 tim yang melaju ke putaran kedua dibagi dalam 4 grup. 4 tim juara grup di putaran kedua adalah 4 tim yang melaju ke semi final.

Di stadion Camp Nou di Barcelona, Italia menaklukan Polandia yang tidak diperkuat superstar mereka  Zbigniew Boniek, 2-0 sementara di partai semifinal yang lain di stadion Benito Villamarin di Sevilla, Jerman Barat menang lewat adu penalti atas Perancis 5-4.

Italia menjadi juara Piala Dunia ini setelah di final menaklukan Jerman Barat 3-1 di Santiago Bernabeu, Madrid.

Begitu saja? Di mana gilanya? Sabar. 

Minimum, ada 6 kegilaan yang mewarnai Piala Dunia berlogo jeruk ini.

Pertama, kentalnya suasana perang Malvinas

Piala Dunia di Spanyol dimulai 13 Juni 1982 bertepatan dengan nyaris berakhirnya konflik bersenjata antara Argentina dan Inggris yang memperebutkan kepulauan Malvinas (Falklands dalam bahasa Inggris) yang terletak di selatan Samudera Atlantik.

Timnas Argentina di Piala Dunia 1982 berfoto dengan spanduk
Timnas Argentina di Piala Dunia 1982 berfoto dengan spanduk "Malvinas milik Argentina" (foto: AFA)

Konflik ini tentu terseret ke lapangan hijau di mana tim Inggris dan sekutunya seperti Skotlandia dan Irlandia Utara sangat mungkin berhadapan melawan Argentina.

Terpengaruh oleh perang Malvinas, tim albiceleste, juara dunia 1978, yang dimotori Diego Maradonna ternyata kena mental dan tampil buruk di awal kompetisi. 

Di partai pertama Argentina takluk 0-1 di tangan tim les buffeurs de frites (pemakan kentang goreng), Belgia. Setelah perang berakhir 4 hari  pada 18 Juni 1982, barulah Argentina memetik kemenangan atas Hungaria, 4-1, dengan salah satu gol dicetak Osvaldo Ardilles yang sepupunya tewas dalam konflik Malvinas.

Perjalanan Argentina terhenti di putaran kedua setelah berturutan mereka dikalahkan Italia (1-2) dan Brazil (1-3). Partai Argentina melawan Italia dikenang sampai kini sebagai saat di mana Maradonna tak berkutik karena dikawal bek Italia Claudio Gentille yang sepanjang pertandingan menempel Maradonna bak anjing penjaga yang tanpa ragu membabat kaki si tangan tuhan dengam tacklingnya yang kasar.

Kedua, pesta gol Hungaria ke gawang El Salvador: 10-1 

Partai Hungaria melawan El Salvador di El Nuevo Estadio di Elche 15 Juni 1982 yang berakhir untuk kemenangan Hungaria 10-1 menjadi pesta gol terbesar dalam sejarah Piala Dunia hingga kini.

Foto: FourFourTwo.com
Foto: FourFourTwo.com

Mazur (2014) menceritakan bagaimana El Salvador yang saat itu didera perang saudara dan mengalami krisis ekonomi hanya mampu memberangkatkan 20 pemain ke Spanyol dan tiba hanya 3 hari sebelum bertanding melawan Hungaria.

Diberitakan bagaimana setiap pertandingan tim El Salvador di Piala Dunia maupun di babak klasifikasi merupakan satu-satunya saat di mana faksi-faksi yang berperang di negara itu mau untuk melakukan gencatan senjata. Bisa dipastikan bahwa menolong para korban perang saudara yang tergeletak di jalan-jalan merupakan penyebab utama terlambatnya para pemain timnas El Salvador ke tempat latihan.

Ketiga, sepakbola gajah Jerman Barat vs Austria

"La verguenza de Gijon" (yang memalukan dari Gijon) atau "El Pacto de Molinon" (Perjanjian Molinon) adalah istilah lain untuk menyebut pertandingan sepak bola gajah antara Jerman Barat melawan Austria di stadion El Molinon, Gijon, yang berakhir untuk kemenangan Jerman Barat 1-0.

Skor 1-0 ini mengantar kedua tim lolos ke putaran kedua karena menduduki peringkat 1 (Jerman Barat) dan 2 (Austria) grup II.

Yang menjadi korban dari skor ini adalah si pendatang baru dari Afrika Maghrebin, tim Aljazair. 

Sebelum pettandingan itu, Aljazair yang di partai pembuka sangat perkasa menaklukan Jerman Barat 2-1 lewat gol Rabah Madjer dan Lakhdar Belloumi, berada di peringkat ke-2 grup yang dipimpin Austria, sementara Jerman Barat di peringkat ke-3. Aljazair lolos ke putaran kedua jika Austria tidak kalah dari Jerman Barat.

Kenyataannya, setelah penyerang Jerman yang bermain di Hamburg SV, Horst Hrubesch mencetak gol ke gawang Austria pada menit ke-10, permainan kedua tim seakan terhenti dan para pemain hanya membuang-buang 80 menit waktu tersisa dengan umpan-umpan defensif belaka!

Keempat, Schumacher si jagal dari Sevilla

Partai semifinal Perancis melawan Jerman Barat du Stadion Sanchez Pizjuan, Sevilla pada 8 Juli 1982 menjadi salah satu partai terhoror sepanjang sejarah Piala Dunia FiFA.

Kiper Jerman Barat Toni
Kiper Jerman Barat Toni "Harald" Schumacher menghantam Patrick Battiston (foto: REX/Sportcolor)

Jerman Barat membuka skor terlebih dahulu lewat gelandang mereka yang terkenal ganteng, Pierre Littbarski pada menit ke-17, namun Michel Platini menyamakan kedudukan lewat penalti pada mrnit ke-26. 

Pada menit ke-57, Platini melontarkan umpan lambung spektakular ke kambratnya, Patrick Battiston yang menyambutnya dengan tendangan yang sayangnya meleset ke luar tiang kanan gawang Jerman Barat. 

Dalam manuver yang terlambat kiper Jerman Barat, Toni "Harald" Schumacher, terbang menerjang Patrick Battiston yang sudah tanpa bola. Pinggang Schumacher menghantam langsung wajah pemain belakang Prancis itu membuatnya terkapar tak sadar di rumput.

Alih-alih memberikan penalti untuk Perancis dan kartu merah untuk Schumacher, wasit asal Belamda, Charles Corver malah meniupkan lemparan untuk Jerman Barat. Menurut Benson (2005), keputusan ini tercatat sebagai salah satu keputusan wasit terburuk yang pernah dibuat, sementara Battiston, bek Saint Etienne itu kehilangan tiga gigi sekaligus.

Kelima, Brasil, tim ajaib yang tidak juara

Brasil 1982, tidak diragukan lagi adalah tim yang paling indah untuk dilihat bermain di Piala Dunia tersebut, atau bahkan sepanjang sejarah sepak bola. 

Tim Brasil di Piala Dunia 1982 (foto: GettyImage)
Tim Brasil di Piala Dunia 1982 (foto: GettyImage)

Dipimpin oleh pelatih brilian Tele Santana, tim auriverde memperkenalkan konsep sepakbola indah dan romantis ke seluruh dunia. 

Dengan Zico yang ajaib dan Socrates, sang dokter, lalu Falcao, Toninho Cerezo atau Junior, para pemain Brasil ini memperlihatkan teori bergerak secara permanen: bola yang tidak pernah berhenti digabungkan dengan bakat yang luar biasa dari para pemain yang menggantikan segala taktik dan strategi. 

Setiap pemain tim samba di Piala Dunia di Spanyol itu seakan memiliki kualitas sebagai playmaker dan semua pemain memiliki skill dan visi menyerang seperti pemain bernomor punggung sepuluh, termasuk para pemain bertahan. 

Bagi sebagian pengamat, tim ini adalah yang paling luar biasa dalam sejarah Selecao, bahkan lebih dari angkatan Pele pada tahun 1970. 

Sayang bahwa Brasil tersingkir di putaran kedua setelah dikalahkan 2-3 oleh Italia dalam pertandingan yang fantastis antara dua tim dengan gaya yang sangat berbeda. 

Hasil imbang dengan Italia, sebenarnya sudah cukup bagi Selecao untuk lolos ke semi-final, tetapi Zico dan semua kambratnya tetap bermain menyerang. 

Filosofi menyerang ini justru berakibat fatal bagi Brasil di menit ke-74 saat skor 2-2.  

Marco Tardelli berhasil mengambil bola yang dibuang dengan buruk oleh pertahanan Brasil menyusul sebuah sepak pojok Italia. Tendangan Tardeli ke tiang kiri gawang yang dijaga Waldir Perez dibelokan oleh Rossi yang tiba-tiba muncul di depan Perez meceploskan gol ketiga Italia dari jarak dekat.

Skuadra Azzurra tembus ke semi final, sementara seluruh penggemar sepak bola, yang tentunya bukan pendukung Italia saat itu, menangis tersedu-sedu (termasuk saya).

Keenam, Paolo Rossi si terhukum yang jadi pahlawan!

Paolo Rossi dengan hattrick-nya ke gawang Brasil, dua golnya ke gawang  Polandia di semifinal dan gol pembukaannya ke gawang Jerman Barat di final, tak pelak merupakan anak ajaib yang seakan lahir di Piala Dunia 1982.

Paolo Rossi ditempel ketat oleh Junior (Foto: Reuters)
Paolo Rossi ditempel ketat oleh Junior (Foto: Reuters)

Dengan 6 gol, Rossi, striker Juventus Turino, meraih Soulier d'Or pada Piala Dunia itu lalu meraih Ballon d'Or pada tahun 1982 mengalahkan gelandang Perancis Allain Giresse dan rekan Juventus-nya asal Polandia, Boniek.

Tidak banyak yang ingat bahwa Rossi baru aktif kembali bermain sepak bola pada bulan April 1982, hanya 2 bulanan sebelum Piala Dunia Spanyol dimulai. Selama 2 tahun sebelumnya (1980 - April 1982) Paolo Rossi menjalani hukuman tidak boleh bermain sepak bola karena didakwa menerima suap dalam pengaturan skor dalam pertandingan Avellino- Perugia!

Tidak akan gilakah Piala Dunia Qatar 2022?

Sangat mungkin bahwa bahwa banyak kegilaan akan kita saksikan pada Piala Dunia Qatar 2022. 

Krisis geopolitik Russia-Ukraine, Tiongkok-Amerika Serikat, krisis enerji dan keuangan global, bayang-bayang pandemi COVID-19, maupun kontroversi keterpilihan Qatar dan segala skandal dan korban jiwa selama persiapannya sedikit banyak akan memengaruhi.

Bagaimana semua itu akan berdampak pada keindahan sepak-bola yang akan kita saksikan? Biarkan waktu yang akan menjawab!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun