Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pilih WhatsApp daripada E-mail? Kita Susah Go International!

29 Oktober 2022   12:29 Diperbarui: 30 Oktober 2022   17:42 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pilih WhatsApp daripada E-Mail? Kita Susah Go-International! (Freepik.com)

"Mister Jepe tolong dong tanya ke Dr. Samosir*, apa beliau bisa jadi panelis di lokakarya daring kita minggu depan?" Begitu isi e-mail Prof de Smet*, guru besar di suatu kampus terkemuka di Belgia kepada saya sekitar tiga bulan yang lalu.

Saya pun langsung mengirim pesan WhatsApp ke Doktor Samosir, kenalan saya ahli mesin bakar kendaraan di suatu lembaga penelitian pemerintah Indonesia.

"Pak Samosir, undangan dari Prof de Smet untuk jadi panelis di workshop Beliau, tolong dijawab ya Pak," tulis saya.

"Workshop yang mana Mas Jepe?" Doktor Samosir balik bertanya.

"Yang dikirim lewat e-mail oleh Prof de Smet, Pak. Tanggal 2 Juli 2022", jawab saya setelah mengecek ke inbox e-mail, di mana saya dicantumkan dalam kopi karbon (cc) e-mail alias surat elektronik (surel) tersebut.

"Waduh saya jarang buka e-mail  Mas. Bisa tolong undangannya di-WA ke saya?" pinta Dr Samosir.

Sebulan yang lalu, saya dihubungi lewat surel oleh seorang kenalan lama, Ms. Iwabuchi* pengusaha yang memasok biomasa ke beberapa pembangkit di Jepang.

Iwabuchi-san mengeluh dalam surelnya, "Jepe-san, saya sedang mencari pengusaha Indonesia yang bisa mengitim wood chips ke Jepang. Saya sudah kirim surel ke 4 pengusaha di Indonesia, tapi sudah dua minggu kok tidak ada yang menjawab?"

Waduh!... bathin saya. Ini pasti karena para pengusaha +62 itu tidak atau jarang baca surel.

Benar saja, setelah hanya beberapa hari setelah Iwabuchi san mengirim pesan lewat WA sesuai saran saya, semua pengusaha itu memberikan jawaban!

Kesempatan tampil di pentas dunia dan mendapat bisnis berskala mancanegara nyaris punah karena tidak memakai surel dan hanya pakai WhatsApp!

Apa yang salah?

Aplikasi perpesanan, terutama WhatsApp memang memang mendominasi komunikasi elektronik di Indonesia sejak sekitar 1 dekade yang lalu.

Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia (Worldometer, 2022), menurut Statista (2022) per Juni 2021, Indonesia merupakan negara dengan jumlah pengguna WhatsApp ke-3 terbesar di dunia setelah India dan Brazil.

Pemakaian WhatsApp memang sangat mendunia, namun mungkin ada satu pembeda antara pengguna WhatsApp di Indonesia dan negara lain: di Indonesia WhatsApp dipakai tidak saja untuk komunikasi pribadi tapi juga profesional. 

Pada pemakaian di ranah profesional atau pekerjaan di Indonesia, bahkan WhatsApp seringkali menggantikan surel alias e-mail.

Meskipun tinggi dalam jumlah pengguna, pada umumnya penggunaan applikasi perpesanan di negara-negara lain sangatlah terbatas untuk komunikasi pribadi.

Di Eropa barat di mana saya pernah berkesempatan tinggal dan bekerja di satu negaranya, WhatsApp benar-benar hanya dipakai untuk hal-hal pribadi, seperti untuk percakapan antar teman. 

Komunikasi soal pekerjaan sama sekali tidak pernah terjadi lewat WhatsApp, kecuali untuk koordinasi saat perjalanan atau acara di luar kantor. Adanya grup perpesanan atau grup WA kantor adalah hal yang nyaris mustahil.

Pemakaian applikasi perpesanan di komunikasi pribadi dan profesional seperti di Indonesia terjadi juga di beberapa negara lain seperti India, Tiongkok (dengan WeChat-nya), Malaysia, atau Brunei Darussalam. 

Namun demikian, di negara-negara tersebut, para pengguna applikasi perpesanan tetap secara rutin menggunakan surel atau e-mail untuk komunikasi terkait pekerjaan. Saat dihubungi lewat surel, mereka akan menjawab.

Kita di Indonesia cenderung untuk memakai applikasi perpesanan sebagai alat komunikasi tunggal bahkan di ranah profesional dengan keengganan kita menggunakan surel.

Saat surel masih menjadi alat komunikasi standar di ranah profesional mancanegara, tentu kebiasaan ini akan mengancam daya saing kita di arena internasional.

Jika kita tetap ingin go-international dan ingin agar Indonesia  menjadi kompetitif di pasar dunia, tidak ada jalan lain kecuali kembali aktif memakai surel di ranah pekerjaan.

Mungkin sekarang saat yang tepat untuk kita kembali membuka inbox surel atau e-mail kita lagi. Apalagi kalau kita pernah berkomunikasi dengan pihak-pihak di luar negeri terkait pekerjaan. 

Jangan sampai ada kesempatan atau peluang yang terbang...

- Kemang, 29 Oktober 2022-

*bukan nama sebenarnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun