Kesempatan tampil di pentas dunia dan mendapat bisnis berskala mancanegara nyaris punah karena tidak memakai surel dan hanya pakai WhatsApp!
Apa yang salah?
Aplikasi perpesanan, terutama WhatsApp memang memang mendominasi komunikasi elektronik di Indonesia sejak sekitar 1 dekade yang lalu.
Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia (Worldometer, 2022), menurut Statista (2022) per Juni 2021, Indonesia merupakan negara dengan jumlah pengguna WhatsApp ke-3 terbesar di dunia setelah India dan Brazil.
Pemakaian WhatsApp memang sangat mendunia, namun mungkin ada satu pembeda antara pengguna WhatsApp di Indonesia dan negara lain: di Indonesia WhatsApp dipakai tidak saja untuk komunikasi pribadi tapi juga profesional.Â
Pada pemakaian di ranah profesional atau pekerjaan di Indonesia, bahkan WhatsApp seringkali menggantikan surel alias e-mail.
Meskipun tinggi dalam jumlah pengguna, pada umumnya penggunaan applikasi perpesanan di negara-negara lain sangatlah terbatas untuk komunikasi pribadi.
Di Eropa barat di mana saya pernah berkesempatan tinggal dan bekerja di satu negaranya, WhatsApp benar-benar hanya dipakai untuk hal-hal pribadi, seperti untuk percakapan antar teman.Â
Komunikasi soal pekerjaan sama sekali tidak pernah terjadi lewat WhatsApp, kecuali untuk koordinasi saat perjalanan atau acara di luar kantor. Adanya grup perpesanan atau grup WA kantor adalah hal yang nyaris mustahil.
Pemakaian applikasi perpesanan di komunikasi pribadi dan profesional seperti di Indonesia terjadi juga di beberapa negara lain seperti India, Tiongkok (dengan WeChat-nya), Malaysia, atau Brunei Darussalam.Â
Namun demikian, di negara-negara tersebut, para pengguna applikasi perpesanan tetap secara rutin menggunakan surel atau e-mail untuk komunikasi terkait pekerjaan. Saat dihubungi lewat surel, mereka akan menjawab.