Sel tunam mengubah gas hidrogen dari tangki menjadi tenaga listrik dan tenaga listrik tersebut menggerakan kendaraan. Emisi yang dikeluarkan FCEV ini hanyalah uap air (H2O) dan panas sehingga di jalanan mobil ini ramah lingkungan.
Hidrogen sendiri bukan saja dianggap enerji masa depan tapi juga sebagai carrier atau storage alias penyimpan enerji listrik yang sifatnya seperti baterai. Karena hidrogen dapat dibuat lewat elekrolisa yang memerlukan tenaga listrik, disimpan dan dipindahkan di tangki atau lewat pipa untuk diubah lagi menjadi listrik di tempat lain seperti di mobil FCEV atau sebagai pembangkit listrik di daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau jaringan listrik.
Namun demikian produksi hidrogen belum tentu ramah lingkungan.Â
Dengan proses elektrolisis misalnya, produksi hidrogen sangat tergantung dari seberapa bersih listrik yang kita gunakan.
Listrik PLN di jaringan Jawa-Madura-Bali sampai saat ini misalnya masih 60 persen bertumpukan pada PLTU yang berbasis batu bara sehingga listrik di jaringan ini jauh dari sifat ramah lingkungan karena emisi karbon dan polusi udara yang tinggi terutama di lokasi-lokasi pembangkit.
Adalah tantangan kita semua untuk mempelajari secara kritis segala teknologi kendaraan yang kini ditawarkan termasuk Nikuba, mobil listrik maupun FCEV secara menyeluruh, termasuk sampai sistem pembangkitan listrik.
Baca juga: Siapa Bilang Formula E di Jakarta Ramah Lingkungan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H