Kalau Shin-Tae Yong bukan guru yang terbaik, mungkin PSSI bisa mencari guru yang lain seperti Ancelotti, Klopp, Allegri, atau Pellegrini.
"Ketujuh: "Tiada gading yang tak retak..."
Ini pepatah yang hanya berlaku untuk tim yang selalu menang dan kadang-kadang retak alias kalah.Â
Lagipula setahu saya yang pernah tinggal di Afrika, ada juga sih gading yang tak retak. Jadi pepatah itu tidak benar. Yang jelas benar adalah "tiada gading yang tak Marten..."
Kedelapan: "Dalam suatu pertandingan, menang kalah itu biasa..."
Ini pepatah yang sungguh-sungguh bersifat fatalisme. Kalah dan menang dipandang sebagai suatu takdir (fatum).Â
Jelas pepatah yang salah, karena selain kalah dan menang adalah hal yang selalu bisa diusahakan, dalam suatu pertandingan seperti sepak bola dan tinju, ada hasil ketiga yaitu draw alias seri.
Apakah jika menang kalau itu biasa, maka yang tidak biasa adalah seri?
Nah jika kamu tidak terhibur oleh kedelapan pepatah di atas, maka masih ada pepatah kesembilan yang pastinya akan membuatmu terhibur:
Kesembilan: Dalam hidup ini kalah menang itu cuma nomor 6 (enam)...
Bagaimana bisa dalam hidup ini kalah-menang hanya nomor 6? Jawabannya: bisa.
Karena bagi kita manusia Indonesia yang  penuh toleransi ini, nomor 1 sampai 5 sudah jelas: PANCASILA.
Fix no debat.