Pakdhe Haji malah menukas dengan keras, "lho kok kamu mendoakan Bapak dapat ciloko (celaka)?!"
Mas Ragil tentu mengelak sambil menjelaskan: "ya bukan begitu Pak. Tapi upamanya, a a a andaikata, ka ka ka kalau saja terjadi kecelakaan di jalan, helm itu sangat penting sekali untuk keselamatan Bapak."
Pakdhe Haji pun ngeyel, "halaah Bapakmu iki pakai kupluk saja sudah cukup, mesti yo slamet".
Kalau percakapan sudah begitu, Mas Ragil ya pasti mengalah.
***
Suatu saat, hari naas itu pun tiba juga, walau tidak satu umat manusia pun di dunia ini mengharapkan hal itu terjadi: Pakdhe Haji, Bapaknya Mas Ragil tersenggol mobil saat mengendarai motor dan jatuh.
Untung (selalu ada untungnya), senggolan terjadi di kecepatan rendah sehingga luka yang diderita Pakdhe Haji tidak serius. Pakdhe Haji hanya dapat beberapa jahitan di dahinya akibat berciuman dengan aspal jalanan.
Aku yang waktu itu kebetulan berada di Purwodadi, langsung diajak sepupuku, Mas Ragil untuk mem-bezoek Bapaknya yang dirawat di RSUD.
Saat bertemu sang Bapak yang kepalanya diperban, pada kesempatan pertama, langsung Mas Ragil mengeluarkan jumping smash-nya ala Anthony Ginting untuk memberi pelajaran pada Bapaknya:Â
"Makanya Pak, dalam hidup ini, Bapak harus bisa membedaken antara KESLAMETAN dan KESELAMATAN..."
Bagaikan tunggal pertama India yang kemarin menang Thomas Cup, Lakshya Sen, Pakdhe Haji pun nggak mau kalah set, dan langsung menyerang balik menjawab,Â