Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Budaya "Gak Pake Lama": Warisan Nenek Moyang Kita?

10 Desember 2021   06:24 Diperbarui: 11 Desember 2021   07:36 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Makanya, kalau belajar itu dicicil, hehehe...!"

Begitu kata saya sambil terkekeh-kekeh sambil memasuki kamar makan yang isinya beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang sedang belajar mati-matian karena ujian semester yang menanti esok paginya.

Kontan, wajah-wajah suntuk itupun berubah sontak menjadi garang. Bukan sambutan selamat datang yang saya terima saat pulang kerja eh malah sambitan penghapus dan rautan yang berhamburan.

Saat itu saya sudah kerja, tidak di Indonesia. Entah mengapa, tempat saya tinggal memang sering dipenuhi mahasiswa dan mahasiswi Indonesia untuk belajar atau sekedar kongkow di malam hari.

Tapi ya begitulah, sistem kebut semalam alias sks yaitu belajar setengah mati menjelang ujian tetap diterapkan oleh para mahasiswa Indonesia itu secara konsisten baik di dalam maupun di luar negeri.

Sistem sks, gak pake lama atau sistem instan sepertinya memang melekat erat, mendarah daging pada manusia Indonesia termasuk saya.

Dari dulu sampai sekarang, saya juga melakukannya tidak hanya dalam hal belajar tapi juga bekerja dan hal-hal lain.  Konsisten di segala lini.

Saat berkendara misalnya, tak terhitung pula berapa kali saya bergerak melawan arah saat mengemudikan motor. Kebiasaan ini saya hentikan, saat seorang teman  giginya rompal 3 lantaran saat enak-enak jalan kaki eh ujug-ujug ditabrak pengemudi motor yang melawan arah.

Alasan berkendara melawan arah tentulah agar lebih cepat sampai tujuan. Harus memutar untuk bisa bergerak masuk ke jalur dengan arah yang benar tentu akan menghabiskan waktu, pake lama, tidak efisien.

Tapi kebiasaan itu saya stop. Selain karena sangat berbahaya, mengemudi melawan arah juga perbuatan setan yang salah satunya hantu. Di Belanda misalnya mengemudi melawan arah disebut spookrijden alias mengemudi bagai hantu.

Keinginan cepat sampai tujuan, keinginan cepat sukses, keinginan cepat menimbulkan dampak memang tidak buruk, tapi tidak selamanya baik. 

Sistem belajar yang dikebut tentu tidak akan menyisakan apa-apa di dalam otak. Tindakan mengemudi melawan arah, atau tindakan-tindakan lainnya untuk potong kompas, membuat aturan atau sistem sendiri, tentu luar biasa membahayakan. 

Motto "kerja, kerja, kerja" dari Pak Jokowi pun saya kuatirkan sering kita salahtafsirkan sebagai anjuran untuk melakukan sesuatu tanpa pake lama. 

Akibat asal main kerja, hasil jadi serampangan. Kita sering lupa bahwa berpikir, berkonsep, dan berproses juga termasuk kerja.

Tapi memang kita selalu bermimpi melakukan sesuatu yang heroik, terlihat jelas, man in action, meninggalkan legacy, meraup untung di waktu yang sesingkat mungkin.

Itulah kita.

Dulu kita lebih memilih meraup devisa sebanyak mungkin dengan mengekspor minyak mentah secara ugal-ugalan di tahun 70-80an ketimbang membangun industri pengilangan seperti Singapura. Saat kita sudah kehabisan minyak mentah sekarang ini, Singapura yang tidak pernah punya minyak malah terus berjaya dengan industri pengilangannya. 

Contoh lain kita juga memilih menaturalisasi eks pemain Real Betis Jordi Amat agar tim sepak bola nasional cepat berprestasi atau memilih kebiasaan kejar tayang dalam sistem produksi sinetron di tanah air. Saya membayangkan, "kapan ya Ikatan Cinta bisa tayang di kanal-kanal KBS, MBC atau SBS?" Nggak usahlah kita ngomong soal korupsi sebagai wahana agar cepat kaya.

Di Jakarta dulu juga ada kebiasaan anak-anak muda yang kalau pesan makanan di restoran di emol dengan yayangnya yang diperlakukan sangat mesra, akan bilang dengan sadis dan galak ke mbak pramusaji "Nggak pake lama ya Mbak!" Lho piye? Rumah makan slow food kok disuruh nge-fast?

Akhirnya, menjawab pertanyaan di judul tulisan ini: "Budaya 'Gak Pake Lama': warisan nenek moyang kita?" Saya sih berharap suatu hari nanti bisa menjawab:

"Kita? Nenek lu nkali.."

- Jakarta, 10 Desember 2021, sambil mengantri nasi uduk - 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun