Uuuh uuuh begitu keluhmu acap melenguh
Aaah aaah kau tak puas walau pipi bersemu
Mmmh mmmh "ini yang terakhir" kau usap peluh
Tapi kan, ini memang dunia yang dimonetisasi
Tapi kan, setiap tulisan harus voice punya marwah
Tapi kan, Orwell sudah wanti-wanti tentang kapitalisasi
Tapi kan, ah sudahlah...
Aku pun merasa seperti anu yang terseret hanyut
Tak sanggup kejar topil, topik pilihan yang deras berdenyut
Tak bisa penuhi market demand sampai kalang gabut
Yang tinggal hanya otakku yang cenut-cenut
Ah ya pastilah kita kan tekor alias te kort kata wong Londo
Te kort: kependekan, mana ada yang suka?
Te kort:Â banyak nulis tapi K-Rewards tak cukup buat jajan Soto mas Karso
Te kort: gagal premium harus lihat iklan papilloma
Tapi Kong,ingatlah peri bahasa:
No money? Nodong
No ngancing? Nongol
No K-Rewards? No cry!
Tapi Beib, kini ku tak lagi bingung
Banyak topil, banyak te kort
Sedikit topil, sedikit te kort
Gak ada topil, te kort juga!
= the end=
baca juga:Â Part 1Â dari antologi puisi tentang kompasianer ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H