Lalapan itu terdiri dari begitu banyak daun-daunan dan sayuran mentah seperti daun kemangi, daun mint, daun ketumbar, potongan bawang bombai, tauge, potongan jerus nipis, dan potongan-potongan cabe merah segar.
Pho konon tercipta di Hanoi pada penghujung abad 19 pada saat Vietnam masih diduduki Perancis sebagai kombinasi antara sup dengan mie asal Tiongkok yang memang berbatasan dengan utara Vietnam dengan hidangan perancis pot-au-feu (dibaca: potofeh dengan "e" pepet) yang berarti pot di atas api. Pot-au-feu sendiri merupakan hidangan sup daging sapi dengan wortel, prei, bawang bombai yang biasa dimakan panas-panas untuk melawan suhu di musim dingin di Perancis.
Pada perkembangannya pho menjadi makanan yang sangat populer dan di kota-kota besar di Vietnam seperti di Hanoi atau di HCMC dapat ditemui baik di warung-warung di tepi jalan maupun di restoran-restoran sampai dengan di hotel-hotel.
Berkembang di warung-warung, pho "hanya" menduduki peringkat 28 di antara 50 makanan terenak di dunia menurut CNN Travel (14 April 2021), sementara rendang berada di peringkat ke-11.Â
Namun demikian, Pho diam-diam merupakan sup nomor 2 terenak di dunia menurut CNN Travel (21 Maret 2021), mengalahkan soto ayam yang menduduki peringkat 17.Â
Apakah benar pho lebih enak dibandingkan soto ayam?Â
De gustibus non est disputandum. Selera tidak bisa diperdebatkan.Â
Yang jelas pho jauh lebih "go internasional" dibandingkan soto ayam. Ini yang pantas membuat kita iri, namun harus disadari bahwa hal ini bukan semata-mata salah soto ayam.
Pertama, komunitas diaspora bangsa Vietnam jauh lebih besar dan tersebar dibandingkan diaspora bangsa Indonesia.Â
Dijajah oleh Amerika Serikat dan Perancis, hampir di seluruh kota-kota terbesar di kedua negara akan mudah kita jumpai komunitas-komunitas Vietnam yang umumnya tinggal berkelompok. Dengan demikian begitu mudah bagi orang-orang Vietnam di negara-negara tersebut untuk membuka warung atau kedai pho dengan pasar konsumen yang terjamin stabil setiap harinya.Â