"Ita... itu.. ita... itu?!! MANA?!"Â
Kalimat yang dilontarkan senior saya di pertengahan tahun 90an kepada saya itu masih terngiang di telinga sampai sekarang. Adegan, ruangan, bau keringat, bercampur bau rokoknya pun masih menyengat.
Beliau, sang konsultan utama di biro teknik sipil itu panik mencari buku data ratio volume-kapasitas jalan nasional se-Indonesia yang memang maha penting dalam studi yang saat itu sedang kami kerjakan. Mata melotot-melotot ke arah saya sambil membentak.
"Lha itu Pak di dalam tas yang Bapak kempit", jawab saya menahan tawa.
Sejenak kemudian Bapak konsultan utama itu membuka dan memeriksa tasnya, dan benar saja ia menemukan buku data maha penting tersebut.
"Oh iya ini. Terima kasih!" lalu pergi melengos ke ruangannya sendiri.Â
Saya hanya ngikik sambil bertanya dalam hati, "terima kasih kok ketus?"
***
Menjadi junior di sebuah kantor memang ada kalanya sulit. Di kantor saya waktu itu sebenarnya semua senior kami menyenangkan, kecuali yang tidak menyenangkan. Sayangnya Bapak konsultan utama dalam kisah singkat di atas adalah salah satunya.
Tidak sabar, semua urusan maunya cepat diselesaikan, sering lupaan, tidak ragu-ragu membentak-bentak pegawai junior seperti saya, dan tentu saja, tidak pernah minta maaf kalau terbukti salah.