Pertama, kesalahan berbahasa Indonesia sangat bisa menyebabkan pesan penelitian tidak tersampaikan secara benar
Naskah ilmiah pada dasarnya 'hanyalah' suatu cerita atau narasi tentang suatu masalah yang ditemukan oleh sang peneliti yang diikuti oleh penjelasan tentang ide pemecahan masalah tersebut yang dijabarkan lewat studi literatur, metodologi, dan hasil penerapan metodologi.Â
Setiap bagian dari narasi ini tentunya harus dilakukan dengan sangat akurat dan jelas agar isi keseluruhan maupun setiap bagian dapat dipahami oleh pembaca dengan tepat.Â
Ketepatan pemahaman dari pembaca sangatlah penting karena peneliti yang menulis suatu karya ilmiah sangat mengharapkan bahwa karyanya akan dikutip oleh peneliti-peneliti yang lain secara tepat dan benar atau penelitiannya akan mendasari penelitian-penelitian yang lain di masa depan.
Ketidaktepatan berbahasa tentu akan menyebabkan ketidaktepatan dalam penyampaian atau penjabaran suatu ide. Bagaimana pesan atau ide penelitian dapat tersampaikan secara tepat jika bahasa Indonesia dalam penulisan karya ilmiah berkualitas semrawut?Â
Boro-boro ide penelitian akan tersampaikan, jangan-jangan membacanya saja sudah malas, seperti yang terjadi dengan teman saya yang dosen di awal tulisan ini.
Kedua, kesalahan berbahasa Indonesia menunjukan ketidakmumpunian sang peneliti itu sendiri
Bahasa Indonesia pada dasarnya bukanlah bahasa yang rumit dan sulit.Â
Seorang teman dari Eropa mampu berbahasa Indonesia percakapan dengan cukup fasih hanya setelah tinggal 4 bulan di Indonesia.Â
Bagi penutur asing, bahasa Indonesia sangat sederhana karena tidak mengenal perubahan bentuk karena waktu dalam konteks pembicaraan seperti lewat tenses maupun konjugasi atau perubahan kata kerja.Â
Secara kasar, kerumitan bahasa Indonesia hanya terletak pada penggunaan imbuhan (me,ber,di,pe, ke-ter,se) yang memang sangat berperan dalam membentuk arti suatu kalimat dan cara pemakaiannya yang sangat tidak beraturan (irregular).