Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Minum Miras? Ini Tutorialnya!

1 Maret 2021   11:24 Diperbarui: 1 Maret 2021   11:44 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minum alkohol harus diakui bukan suatu kebiasaan yang lazim dilakukan orang Indonesia. Namun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa ada kalangan tertentu dari bangsa Indonesia yang mengonsumsi minuman keras atau minuman beralkohol. Mereka yang tidak minum pun, karena pergaulan dengan orang dari bangsa-bangsa lain yang punya tradisi berbeda, mungkin suatu saat akan dihadapkan pada suatu situasi yang mengharapkan yang bersangkutan untuk mengonsumsi minuman beralkohol.

Tutorial ini tidak saya tulis untuk mempromosikan minum minuman ber-alkohol atau minuman keras. Jika karena larangan agama, kepercayaan atau alasan lainnya, pembaca sama sekali tidak minum alkohol, ya sebaiknya memang tidak minum apapun konteks dan situasinya. Motivasi saya menulis tutorial ini adalah untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan pada jangka pendek saat mengonsumsi minuman beralkohol.

Kemabukan atau/dan keracunan alkohol adalah hal-hal tidak diinginkan yang dapat terjadi saat seseorang mengonsumsi alkohol dalam dosis yang tinggi di waktu yang singkat. Gejala kemabukan yang umum terjadi adalah perlambatan fungsi-fungsi otak yang diawali dengan berkurangnya keseimbangan dan koordinasi yang umumnya disertai rasa mual di perut dan pusing yang bisa disertai muntah. Lebih lanjut lagi berkurangnya kepekaan dan koordinasi otot dapat berakibat perubahan denyut jantung, kerja paru-paru, maupun koordinasi kerongkongan dan tenggorokan yang bisa berakibat fatal.

Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah atau meminimalkan dampak-dampak tersebut.

Pertama: Hanya konsumsi miras yang resmi, jangan minum miras oplosan!

Seperti dikutip olehVOA (2020), sebuah studi dari Centre for Indonesia Policy Studies (CIPS) mengungkapkan bahwa kematian terbesar di Indonesia terkait konsumsi minuman beralkohol disebabkan oleh minuman keras oplosan. Di tulisan saya sebelumnya, saya juga sudah mengungkapkan bagaimana minuman oplosan seringkali dibuat dari campuran methyl alkohol alias metanol yang memang tidak ditujukan untuk dikonsumsi manusia dan bahan-bahan lain seperti obat nyamuk, sampo, obat turun panas dan lain-lain. Tingginya konsumsi miras oplosan di Indonesia tidak lain disebabkan karena kurangnya pendidikan mengenai pengonsumsian alkohol dan sulitnya akses (harga yang tinggi) dari minuman beralkohol yang resmi dan terdaftar.

Kedua: Isi perut dengan makanan yang tepat sebelum mengonsumsi miras

Sebuah artikel di healthline.comdapat digunakan sebagai pedoman untuk mempersiapkan lambung sebelum mengkonsumsi miras. Makanan yang tepat akan menyebabkan berkurangnya efek negatif alkohol dampaknya di keesokan hari.

Makanan yang disarankan untuk dikonsumsi sebelum minum miras antara lain adalah: telur, makanan berbahan gandum, pisang, ikan salmon, yogurt, sereal dengan buah-buahan kering, buah-buahan dari keluarga beri, buah anggur, melon, alpukat, kuinoa, bit, dan ubi.

Makanan yang tidak disarankan untuk dikonsumsi adalah makanan pedas, coklat, minuman bersoda dan kopi (Jung et al., 2017).

Rakova et al. (2017) mengingatkan untuk tidak mengonsumsi makanan asin seperti chips, pretzels, atau biskuit asin (crackers) sebelum dan sementara mengonsumsi miras. Vega-Lopez et al. (2018) menyarankan juga untuk menghindari roti putih, pasta seperti makaroni dan spageti, , permen dan minuman bersoda.

Ketiga: Mulai dengan kadar yang rendah

Kadar alkohol sangat penting untuk diketahui dan setiap minuman beralkohol yang resmi akan memuat kandungan alkohol di kaleng, botol atau kemasan minuman tersebut. Jika ada berbagai minuman beralkohol yang tersedia, aturan tangan kanan yang bisa dipakai adalah untuk mengonsumsi mulai dari kadar yang rendah.

Logikanya adalah saat kita mengonsumsi minuman berkadar alkohol rendah, kita tidak akan langsung mabuk dan punya kesadaran yang cukup untuk berhenti maupun melanjutkan untuk minum dan memilih minuman berikutnya. Sebaliknya jika kita minum dari kadar yang tinggi, kita akan mudah menjadi mabuk dan tidak punya lagi kesadaran untuk berhenti atau melanjutkan.

Keempat: Saat digabung dengan jamuan: makanlah makanan yang tepat dalam porsi besar dan minum juga air putih!

Seringkali alkohol seperti anggur atau bir merupakan teman untuk menyantap makan dalam suatu jamuan. Makanan yang cocok dengan point ke-2 akan menghindarkan kita dari kemabukan yang cepat terjadi. Sebaliknya menyantap makanan yang salah akan menyebabkan konsumsi alkohol naik atau gangguan lainnya.

Air putih juga sebaiknya tetap dikonsumsi sebagai selingan yang akan mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh yang sebaiknya tidak sepenuhnya diisi oleh minuman beralkohol.

Kelima: sedapat mungkin hindari koktil!

Koktil adalah minuman campuran yang umumnya menggabungkan jus buah-buahan, sirup dengan likeur atau liquor atau l'eau de vieyang berkadar alkohol murni sangat tinggi.

Rasa manis dari jus buah maupun sirup seringkali membuat koktil terasa 'ringan'dan kita akan terpancing untuk terus minum, padahal minuman tersebut sangat mungkin mengandung alkohol murni yang sangat tinggi.

Keenam: Jangan mencoba-coba mencampur dengan obat, zat lain atau variasi cara minum yang lain!

Mencampur minuman resmi dengan obat, baik terlarang maupun obat legal atau dengan zat-zat lainnya adalah sama bahayanya dengan membuat dan mengonsumsi minuman oplosan. Mencampur minuman beralkohol dengan minuman berenergi misalnya, lazim dilakukan kalangan tertentu dan sebaiknya dihindari karena kita kita tidak tahu efek yang terjadi atas campuran larutan yang berbeda.

Variasi cara minum seperti melakukan strike, meminum dengan sekali tenggak atau meminum miras dengan sedotan juga dapat berakibat fatal jika tidak biasa melakukannya.

Ketujuh (Yang tersulit): Tahu Batas!

"Tahu batas" dan berhenti sebelum batas itu tercapai adalah hal yang tersulit untuk dilakukan. Satu cara yang paling mudah adalah dengan menghentikan minum saat koordinasi kepala leher dan anggota badan mulai terganggu yaitu terasa berat untuk bergerak.

Di negara-negara seringkali ada aturan tangan kanan bagi mereka yang bersosialisasi di suatu acara dengan minuman beralkohol namun tetap harus mengemudi saat pulang nanti yaitu maksimum sekaleng besar bir atau segelas kecil anggur. Walau tidak terlalu tepat namun batasan tersebut seringkali dipercaya tidak akan menyebabkan gangguan saat mengemudi dan tidak akan menyebabkan kadar alkohol dalam nafas melampaui ambang atas saat dideteksi dengan tes tiup oleh polisi.

Pada akhirnya memang keputusan untuk minum atau tidak adalah keputusan setiap pribadi yang diambil berdasarkan norma-norma yang dianutnya. Keputusan pemerintah untuk memasukan minuman beralkohol sebagai salah satu industri dalam daftar industri positif seharusnya juga diikuti dengan pendidikan dan kampanye tentang bahaya alkohol maupun pendidikan tentang bagaimana mengonsumsinya dengan bijak.

Pelarangan total justru hanya akan berakibat pada peningkatan konsumsi miras oplosan yang berakibat fatal pada kesehatan maupun pemahaman bahaya alkohol yang rendah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun