Ada teman Kompasianer yang tanya ke saya "Kamu ngapain sih kalau nulis di Kompasiana aja pakai referensi? Gaya amat!" Ada juga yang berkomentar lewat japri demikian, "Ebusett sadis amat pake referensi segala?"
Mendengar semua kritikan tajam itu tentu saya hanya bisa mengelus perut. Perlu waktu sejenak dua jenak sebelum akhirnya saya menjawab,
"Sabar dulu Ki Sanak. Saya akan menjelaskan di suatu tulisan di Kompasiana, alasan mengapa saya suka membubuhkan referensi di tulisan saya."
Jadi pada kesempatan inilah saya akan menjelaskan tiga alasan mengapa saya suka memakai referensi di tulisan saya dan sedikit tips cara merefensi di Kompasiana.
Pertama: Untuk membiasakan diri berbudaya ilmiah
Ada satu trauma di saat saya masih belajar di mangkultas dahulu kala di sebuah negara asing.Â
Saat itu saya diminta mem-presentasi-kan satu paper atau tugas tulisan ilmiah saya di depan teman-teman sekelas.Â
Selesai presentasi, dosen saya langsung berkata, "Jepe, kamu tidak mencantumkan sama sekali referensi di tulisan ilmiah mu ini! Kamu itu menulis tugas ilmiah atau menulis artikel untuk majalah Playboy?"
Jederr!
Malu betul rasanya saat saya memandangi ke segala penjuru kelas di mana wajah-wajah teman-teman sekelas saya tampak tersenyum-senyum. Pertama, karena saya merasa bersalah tidak mencantumkan referensi sama sekali di tugas ilmiah saya itu dan kedua karena saya tidak tahu seperti apa itu majalah Playboy apalagi artikel-artikel di dalamnya.