Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Bahasa Kolonial 7: Belanda yang Tak Tahu Berkelahi

4 Januari 2021   06:21 Diperbarui: 3 Juni 2022   22:27 1951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak awal kedatangannya di nusantara, Gubernur Jenderal (GubJen) Jan Pieterszoon Coen mengalami senewen, zeneuwen atau zeneuwacthig dan memikirkan siang malam bagaimana VOC bisa menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku. 

Di kemudian hari, adalah penerusnya yaitu Antonio van Diemen yang memegang jabatan sebagai gubjen antara tahun 1636 dan 1645 yang lewat wakilnya di Maluku yaitu Arnold de Vlaming van Oudshoorn yang menerapkan pelayaran hongi [1] di kepulauan Maluku. Pelayaran atau lebih tepatnya patroli ini ditujukan untuk me-razzia penanaman cengkeh ilegal di kepulauan tersebut.

Keinginan VOC untuk menopoli penanaman dan perdagangan cengkeh ini akhirnya mendapatkan perlawanan hebat dari Madjira, seorang kepala daerah atau kimelaha dari Pulau Seram [2] yang mengakibatkan pecahnya perang besar Ambon (1651-1659) yang dalam bahasa Belanda disebut sebagai de Grote Ambonse Oorlog atau Hoamoalese Oorlog. 

Perang besar Ambon atau Perang Hoamoal ini begitu hebat sampai-sampai Gubjen VOC untuk Maluku, van Oudshoorn pada tahun 1663 menerbitkan suatu buku catatan tentang perang tersebut (Oorlogen in Ambon).

Buku Oorlogen in Ambon (1663) oleh A. de Vlaming van Outshoorns
Buku Oorlogen in Ambon (1663) oleh A. de Vlaming van Outshoorns

Perang di Ambon besar ini juga begitu hebatnya. Keberanian para pejuang Seram terdengar sampai ke negeri Belanda. Buku etimologi Belanda [3] mencatat kosa-kata bakalei  yang dalam bahasa Melayu dialek ambon berarti berkelahi masuk dalam kamus bahasa sebagai kata bakkeleijen  (1715), bakkelaayen (1720) yang artinya juga berkelahi. 

Lebih spesifik lagi buku tersebut juga mencatat kata bakkeleiprauwen (1620) yang berarti berkelahi dengan perahu (prau) yang jelas menampakan ciri khas pertempuran di perairan Seram yang kemungkinan besar juga dilakukan dengan perahu kora-kora (!).

Sampai hari ini kata bakkeleien adalah kata kerja yang masih dipakai di Bahasa Belanda dengan arti yang sedikit berubah yaitu berkelahi berdebat atau perang mulut [4].

Berkelahi secara jantan bak satria negeri Seram pada jaman VOC disebut bakalei.  

Namun sayangnya sikap kestariaan para pejuang itu kini hanya bisa kita warisi lewat perang mulut atau debat di medsos atau di Internet. Jangan sampai orang Belanda pun ikut-ikutan mengadopsi sikap macan internet itu di negeri mereka dengan melahirkan kata baru dalam bahasa belanda seperti bakkeleien door het Internet (!).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun