Periode 20-30an sendiri merupakan periode antara dua perang yang ditandai dengan banyak kedukaan namun juga kesukaan di Eropa. Tahun 20an merupakan saat rakyat Eropa menyembuhkan luka akibat perang dunia pertama (1914-1918) dan tahun 30an ditandai dengan resesi ekonomi dunia. Di saat yang sama banyak hal kegilaan dan suka cita juga melanda Eropa dan barat pada umumnya, terutama di bidang seni, budaya dan olahraga: lahirnya musik Jazz, lahirnya music hall, balet swedia, operette, mulai lahirnya bisnis fesyen, filem, Olimpiade Paris 1924 yang berskala internacional, makin men-dunianya Tour de France, dll...
Di saat-saat kesedihan, kegilaan, dan kegalauan itulah muncul dansa dan musik La Java.
La Java Bleue adalah salah satu lagu dansa berirama Java terpopuler. Ditembangkan pertama kali oleh Frehel pada tahun 1939, lagu ini dinyanyikan ulang oleh Patrick Bruel pada tahun 2000 -an dengan video klip di bawah tulisan ini.
Yang tetap tidak jelas adalah mengapa kata Java dipakai untuk menyebut tarian itu atau dansa itu. Menurut yang empunya kos saya dulu, bisa jadi kata ini memang berhubungan dengan kata Java dari nama pulau Jawa yang berarti hal yang aneh atau yang tidak dimengerti. Dewasa ini di Perancis atau di Spanyol seringkali dipakai kata chinois atau chino yang berarti Cina untuk menyebut hal-hal yang tidak dimengerti. Mungkin seabad yang lalu kata Jawa dipakai sebelum dipakai kata Cina.
Kemungkinan lain kata ini berasal dari kata "ca va" yang berarti "baik-baik saja" atau "ok" yang diucapkan dengan aksen auvergnate menjadi berbunyi "Java"[4]Â
- Sebelum sarapan, Jakarta sebelum malam tahun baru 2020 - 2021-
[1] Chautard, Vie trange de l'argot, 1901, p. 436Â
[2]Dorgels, Croix de bois,1919, p. 14Â
[3] www.fremeaux.com