Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Laporan PMKRI Tidak Menyasar ke Akidah Islam

27 Desember 2016   21:45 Diperbarui: 27 Desember 2016   21:53 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tangkapan layar DPP_FPI

Hari Natal baru lewat sehari di tahun 2016 ini saat pengguna Twitter dan Instagram di Indonesia dihebohkan oleh satu video yang berisi potongan kotbah Rizieq Shihab di Pondok Kelapa tanggal 25 Desember 2016.

Begini potongan kalimat Rizieq Shihab itu:"Kalau dia ngucapin Habib Rizieq selamat Natal, artinya apa? selamat hari lahir Yesus Kristus sebagai anak Tuhan, saya jawab Lam Yalid Walam Yulad, Allah tidak beranak dan tidak diperanakan, kalau Tuhan beranak, bidannya siapa?"

Ada sebagian umat Katolik atau Kristen yang merasa biasa saja dan tidak tersinggung. Namun ada pula yang merasa tersinggung oleh video dan kotbah tersebut dan melaporkannya ke polisi. Salah satunya yang merasa tersinggung adalah adik-adik yang terhimpun dalam Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) yang melaporkan Rizieq Shihab ke Polda Metro Jaya hari senin kemarin.

Seperti diberitakan di Detik News, ketua umum PKMRI, Angelo Wake Kako menyatakan "Pada ceramah beliau di Pondok Kelapa pada tanggal 25 kemarin yang menyatakan bahwa 'Kalau tuhan itu beranak, terus bidannya siapa?' dan di situ kita temukan banyak gelak tawa dari jemaat terhadap apa yang disampaikan dari Habib Rizieq tersebut. Jujur sebagai Ketua Umum PP-PMKRI, kami merasa terhina, merasa tersakiti dengan ucapan yang disampaikan oleh Saudara Habib Rizieq Shihab ini."

Fokus Laporan PMKRI: Membawa Agama Lain Sebagai Lelucon dalam Kotbah

Jelas bahwa apa yang dilaporkan oleh PMKRI sebagai dugaan penistaan agama oleh Rizieq Shihab adalah satu rangkaian kejadian yang terekam dalam video berdurasi pendek tersebut.

Saya tangkap ada dua tahap narasi. Pertama, Rizieq Shihab mengawali kalimatnya dengan membuat komentar tentang definisi tentang ucapan ‘Selamat Natal’ (selamat hari lahir Yesus Kristus sebagai anak Tuhan, saya jawab Lam Yalid Walam Yulad, Allah tidak beranak dan tidak diperanakan) dan kedua dia menambahi komentarnya itu dengan satu komentar lagi (kalau Tuhan beranak, bidannya siapa?)

Saya belum melihat sendiri apa isi laporan PMKRI ke Kepolisian RI, namun saya haqul yakin bahwa jika Rizieq Shihab berhenti sampai pada frasa ‘Allah tidak beranak dan tidak diperanakan’ (titik!) dan tidak menambahi dengan ‘kalau Tuhan beranak, bidannya siapa?’ maka tidak ada pihak yang tersinggung atau melaporkannya ke kepolisian.

Kalimat ‘Allah tidak beranak dan tidak diperanakan’ adalah akidah dalam ajaran Islam sebaliknya frasa ‘bidannya siapa?’ adalah murni perkataan Rizieq Shihab yang dalam kacamata PMKRI bisa jadi adalah lelucon bagi Rizieq Shihab (dan hadirin yang menyambutnya dengan gelak tawa) dan hal inilah yang membuat mereka tersinggung.

Upaya Pemelintiran Fokus Laporan PMKRI

Yang sungguh mengejutkan pada hari ini, 27 Desember 2016, atau sehari setelah pelaporan PMKRI ke kepolisian adalah munculnya cuitan-cuitan di twitter, beberapa berita di Media massa mainstream maupun online maupun beberapa tulisan di Kompasiana yang intinya menyatakan bahwa laporan PMKRI ke kepolisian adalah serangan atas kebenaran akidah atau ajaran Islam maupun atas kebebasan internal seorang ulama untuk menyampaikan ajaran Islam ke umatnya.

Salah satu contoh reaksi yang salah kaprah, entah disengaja atau tidak, bisa dilihat pada pernyataan DPP FPI sebagaimana dimuat di Tarbiyah.net: 

Lantas kenapa Mahasiswa Katholik tetiba menuduh Ulama Islam yang dakwahkan ajaran agama kepada umatnya sendiri sebagai penistaan?!  Jika begitu, nanti Pendeta yang ajarkan tentang dogma Anak Tuhan kepada Umat Kristiani, bisa juga dianggap penistaan oleh Umat Islam. Kacau tidak?!” tandasnya (DPP FPI).

Efek Bola Salju Salah Kaprah yang Mengerikan

Dampak kesalah-kaprahan ini, entah tidak disengaja atau entah disengaja dibentuk secara sistematis bisa sangat mengerikan. Kesan bahwa seakan PMKRI ingin mengutak-atik kebenaran ajaran maupun independensi dakwah dalam suatu agama yang bukan Kristen maupun Katolik dapat digeneralisir sebagai keinginan umat suatu agama untuk masuk ke ranah ajaran agama lainnya dan berpotensi menimbulkan ketegangan antar agama.

Peran media sosial seperti Twitter atau Facebook untuk menyebarkan kesalah-kaprahan seperti ini sangat besar. Cuitan yang menjadi viral adalah seperti bola salju yang awalnya kecil menggelinding lalu lama kelamaan menjadi semakin besar dan menghantam segala apa yang ada di depannya. Pembaca atau pengguna medsos seringkali kehilangan kontrol maupun filter diri dalam menanggapi berita dan bahkan ikut me-retweet membuat bola salju semakin besar dengan momentum kesalahkaprahan yang semakin kuat.

Jika bola salju kesalah-kaprahan ini terus menggelinding atau bahkan digulir secara sistematis oleh pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan, bukan tidak mungkin bahwa kadar ketegangan antar kelompok yang sudah cukup meninggi akibat Pilkada Jakarta maupun akibat Sidang Ahok dan kasus seputar atribut natal belakangan ini akan semakin tinggi.

Anda dan saya yang tidak menginginkan hal ini tentu tidak akan tinggal diam.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun