Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Castro & Allende: Sepasang Sahabat, Dua Nasib

29 November 2016   17:52 Diperbarui: 30 November 2016   15:38 1506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Serangan militer Pinochet ke istana kepresidenan Allende (el Mundo)

Krisis mencapai puncaknya pada 22 Agustus 1973 di saat Camara de Disputados (semacam DPR di Chile) secara resmi mengeluarkan semacam mosi tidak percaya kepada pemerintahan Allende dan menghimbau Angkatan Bersenjata Chile untuk bertindak mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga kestabilan negara. Allende mengecam tindakan DPR tersebut dengan mengutip perkataan Kennedy, "Siapa yang menghalangi revolusi secara damai (non militer) akan membuat tindakan kekerasan tak bisa dihindari lagi"... 

Pertolongan Castro Sang Sahabat

Sebagai presiden Cuba, Fidel Castro pernah mengunjungi Chile pada medio November-Desember 1971. Kunjungan yang dijadwal berjalan hanya selama 10 hari ternyata molor menjadi tiga minggu lebih. Diceritakan (Schwarze, 2016) bahwa Castro tidak hanya melakukan kunjungan kepresidenan ke Chile, namun juga melakukan perjalanan ke daerah-daerah di negara tersebut untuk berkampanye menguatkan hubungan ideologis sosialisme antara kedua negara. Partai-partai kiri radikal di Chile dikabarkan tidak menyukai kampanye tersebut dan disebut banyak pihak bahwa kunjungan Castro ini justru ikut menabur benih-benih konflik politik bagi pemerintahan Allende dua tahun berikutnya.

Tidak hanya secara ideologis, Castro juga mengirimkan beberapa anggota pasukan elitenya untuk menjadi pengawal pribadi presiden Allende. Bukan rahasia lagi bahwa anggota pasukan elite dan dinas rahasia Kuba adalah inti dari Grupo de Amigos Personales (GAP) yang merupakan grup pengawal pribadi Allende. Dan bukan rahasia lagi bahwa GAP mendapatkan pasokan senjata langsung dari pemerintah Kuba.

Membaca meningkatnya tensi politik di Chile, Castro dalam beberapa kesempatan juga menawarkan bantuan intervensi militer Kuba jika sampai terjadi kudeta secara militer. Castro juga membuka pintu kedutaan Kuba di Chile jika suatu saat Allende merasa perlu melarikan diri dari negaranya. Kedua hal ini diberitakan selalu ditolak mentah-mentah oleh Allende.

Akhir Tragis Allende si Pecinta Jalan Damai

11 September 1973 pukul 9 pagi, Augusto Pinochet, panglima angkatan bersenjata Chile yang baru diangkat sekitar sebulan sebelumnya oleh Allende mulai melakukan makar dengan melakukan penyerangan militer terhadap istana kepresidenan Allende di ibu kota Chile. Dengan hanya dikawal belasan anggota GAP bersenjatakan Uzzi dan AK-47, presiden Allende melakukan perlawanan bersenjata melawan serangan artileri Pinochet.  

Serangan militer Pinochet ke istana kepresidenan Allende (el Mundo)
Serangan militer Pinochet ke istana kepresidenan Allende (el Mundo)
Pesan radio terakhir Allende disampaikan kepada rakyat Chile pagi itu:

"Mungkin ini pesan terakhir saya kepada anda semua... Pesan saya tidak berisi kepahitan. Pesan saya ini lebih berisi kekecewaan. Dan kata-kata saya ini akan menjadi hukuman moral bagi mereka yang telah melanggar sumpah yang telah mereka ucapkan... Mereka memiliki kekuatan untuk mengendalikan kita, tetapi mereka tidak bisa menghentikan proses sosial (yang telah kita capai). Proses ini tidak bisa dihentikan oleh tindakan kriminal maupun dengan tindakan paksa. Sejarah adalah milik kita dan rakyatlah yang membentuknya!
...
Hidup Chile! Hidup Rakyat! Hidup Kaum Pekerja!
Inilah kata-kata terakhir saya dan saya yakin bahwa pengorbanan saya ini tidak akan sia-sia. Saya yakin bahwa paling tidak kata-kata ini akan menjadi pelajaran bagi mereka kaum yang bersekongkol, pengecut dan pengkhianat...."

Siang hari, di bawah serangan berat artileri dan roket dari pesawat tempur yang tidak dapat diimbangi oleh perlawanan hanya dengan metraliyur dan senjata otomatis genggam, akhirnya presiden Allende memerintahkan pengawalnya untuk menyerah. Direncanakan keluar terakhir dari istana, Allende ternyata justru berbalik masuk ke dalam. 

Diduga (lewat penyelidikan di kemudian hari) melakukan tindakan bunuh diri, Allende ditemukan tewas di dalam istana kepresidenan akibat tembakan AK-47 di dagu yang menembus kepalanya. AK-47 yang membunuhnya itu adalah hadiah dari Fidel Castro dengan grafir tulisan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun