Adalah Cyrus yang tiba-tiba muncul,
...
Aku Cyrus, berdiri dihadapanmu Desol,
aku tak hidup diselangkangan pikiran, tapi aku letakkan kepalaku tepat diantara dua buahmu Desol.
...
Aku tahu, Desol, bukan kejantanan yang munafik yang kau cari,
Kau butuh belaian. Bukan jagoan yang kau cari, tapi sentuhan. Bukan rindu liar yang kau kejar, hanya pelukan hangat.
Cyrus lewat rangkaian puisinya tidak menawarkan kejantanan vulgar seperti Pebrianov. Cyrus, lewat puisi-puisinya menawarkan kedewasaan, bisikan manis, kematangan, kelembutan. Kematangan karena api, kematangan yang terbentuk bukan karena pujian.
Berhentikah Desy Desol merindu? Mampukah Cyrus mendekap Desy Desol padamkan rindunya? Ataukah Desy Desol memeluk kedua 'pejantan' melanggengkan terjadinya threesome?
Awesome!
Satu kata saja untuk buku puisi yang mengabadikan rangkaian puisi yang saling bersambut dan ditayangkan di Kompasiana oleh ketiga kompasianer ini sejak pertengahan sampai akhir tahun 2015 yang lalu.Â
Ke-spontan-an, gairah, rasa humor, cinta, ke-kreatif-an, keusilan, kekurangankerjaan, passion, hanyalah sebagian dari kesan yang saya dapat saat dari membaca buku selama  3 hari belakangan ini untuk akhirnya kembali lagi pada satu kata:
Awesome!
---
Judul buku: Jejak-Jejak Rindu
Jenis: Kumpulan Prosa