Ada suatu lagu dalam tradisi natalan orang Spanyol maupun bangsa-bangsa berbahasa Spanyol di Amerika Latin yang judulnya "Los peces en el rio" atau kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti "Ikan-ikan di Sungai".Â
Tidak diketahui siapa pencipta lagu ini. Konon lagu tradisional ini sudah dinyanyikan berabad-abad. Hal ini bisa dilihat dari populernya lagu ini tidak hanya di Spanyol di Eropa tapi juga di Amerika Latin.Â
Iramanya yang bernuansa arab juga menandakan bahwa lagu ini mulai dinyanyikan tidak jauh dari jaman kekhalifahan di Spanyol yaitu antara abad ke-8 sampai 15 masehi.Â
Dalam bahasa Indonesia refrain-nya berbunyi kira-kira...Â
Lihatlah bagaimanaIkan-ikan minum di sungaiIkan-ikan minumUntuk melihat Tuhan yang lahirÂ
Lucu juga. Ikan kok minum?Â
Jika kita perhatikan di sungai, di empang atau di akuarium, kita bisa lihat bagaimana ikan-ikan naik ke permukaan air. Di permukaan, pasti mulut mereka seperti komat-kamit dan mungkin inilah yang disebut oleh sang pengarang lagu ini sebagai minum.Â
Mungkin sang penyair waktu itu membayangkan: apa yang bisa dilakukan ikan-ikan untuk bermazmur memuji Tuhan?Â
Satu-satu hal yang bisa ikan lakukan ya naik ke permukaan dan minum.. Itu saja.Â
Selanjutnya lagu yang sederhana ini memperlihatkan atau membayangkan adegan yang tidak ada di Kitab Suci:Â
Sang Perawan (Maria) sedang sisiran / Di antara tirai-tiraiRambutnya berwarna emas / Sisirnya dari perak murni Â
Sang perawan yang mencuci popok (bayi Yesus)/Lalu dijemurnya di ranting romero (rosemary)Â
Para malaikat pun bernyanyi /Dan romero pun berbunga
Sang Perawan membersihkan diri /Dengan sedikit sabun /Kedua tangannya terluka /Kedua tangan hatikuÂ
Si penyair rupanya ber-fantasy tentang apa yang mungkin terjadi sehari-dua hari setelah peristiwa persalinan di kandang di Betlehem: Simbok Maria yang lelah namun damai dan bahagia, menyisihkan waktu sejenak dua jenak untuk beristirahat di tepi sungai.Â
Menyisir rambut, membersihkan badan dan wajah, dan mencuci popok. Begitu biasa, begitu sederhana.Â
Mungkin sembari mencuci, Sang Simbok juga mesam-mesem atau menangis haru bahagia mengingat berbagai perkara hidup yang baru berlalu dan tak sepenuhnya dimengerti.Â
Yang jelas, Sang Simbok yang selalu menyimpan segala perkara di dalam hatinya tampak begitu cantik dan bersinar...Â
Tak jauh dari situ, di kandang yang sudah di-improvisasi menjadi ruang bersalin, Kang Yusup, sang suami - si tukang kayu yang tak banyak cakap, mungkin sedang membuat api untuk masak sambil menjaga bayi Yesus. Atau mungkin dia malah sedang curi-curi waktu (mumpung sang istri berada di sungai) untuk mengudang Sang Orok...Â
Dalam pada itu, ikan-ikan di sungai, seperti semua makhluk bernyawa pun ingin muncul ke permukaan untuk berbagi kegembiraan dengan Sang Perawan - Sang Simbok Maria sambil minum, komat kamit...memuji Tuhan.Â
Suasana di atas mungkin hanyalah rekaan belaka seorang penyair atau pencipta lagu. Walau begitu saya haqul yakin, bahwa natal pertama sekitar 2000 tahun yang lalu tidaklah jauh dari suasana itu: senyap, jauh dari gegap gempita pesta, sangat biasa, simpel, sederhana tapi kontemplatif, penuh keintiman dan damai.Â
Semoga damai Natal yang sederhana menyertai teman-teman sekalian!
---Â Los peces en el rio
La virgen se está peinandoEntre cortina y cortinaSus cabellos son de oroY el peine de plata fina
refrain:Â
Pero mira como bebenLos peces en el rÃoPero mira como bebenPor ver al Dios nacidoBeben y beben y vuelven a beberLos peces en el rÃoPor ver a Dios nacer
La virgen lava pañalesY los tiende en el romeroLos angelitos cantandoY el romero floreciendo
refrain
La virgen se está lavandoCon un poco de jabónSe le han picado las manosManos de mi corazón     Â
 refrain
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H