[caption id="" align="aligncenter" width="568" caption="De Rode Duivels (nl) atau Les Diables Rouges (fr) 15/8/2012 - sumber: photonews"][/caption]
Minggu yang lalu, 14 Oktober 2012 adalah hari di mana seluruh rakyat Belgia menyoblos untuk memilih para pemimpin daerah.
Hasil yang bisa diduga: daerah-daerah pemilihan di Belgia utara (Flandria) yang berbahasa Belanda dikuasai oleh partai NVA (Aliansi Baru Flandria) yang beraliran kanan dan daerah-daerah pemilihan Belgia selatan (Wallonia) yang berbahasa Perancis dikuasai oleh pemimpin-pemimpin Partai Sosialis (kiri).
Konfigurasi politik ini kembali membawa negeri kecil Belgia ke jurang perpecahan: pertentangan antara utara/Flandria/bahasa Belanda/partai kanan melawan selatan/Wallonia/bahasa Perancis/partai kiri.
Merayakan kemenangannnya, walikota kota terbesar di Flandria, Antwerpen yang juga pentolan partai NVA, Bart de Wever langsung mengirim pesan kepada para pemimpin di Wallonia untuk mempersiapkan Belgia untuk memasuki era konfederalisme.
Belgia Konfederalis berarti negara Belgia yang terbagi atas tiga negara federal: Flandria, Wallonia dan Brussels yang masing-masing memiliki pemerintahan yang autonom tanpa adanya subsidi atau transfer ekonomi antar negara federal. Dalam bentuk konfederasi, faktor yang mengikat Belgia sebagai suatu negara tinggalah hubungan luar negeri dan pertahanan semata.
Minggu Malam itu Bart de Wever men-twit:
"(kota) Antwerpen adalah milik semua orang.. tapi malam ini adalah milik kita!"
Tamatkah Belgia sebagai suatu negara?
Hanya dua hari setelah guncangan politik perpecahan, Selasa malam 16 Oktober 2012, rakyat Belgia seakan disadarkan bahwa negara itu masih ada.
Di mana? Di lapangan sepakbola!
Malam itu kesebelasan nasional Belgia berhasil menaklukan Skotlandia dengan skor 2-0 dalam penyisihan pra piala dunia. Kemenangan itu merupakan sukses kedua timnas Belgia setelah pada partai sebelumnya pada hari sabtu mereka berhasil menggasak Serbia dengan skor 3-0. Kedua kemenangan itu semakin membuka peluang timnas Belgia untuk bermain di Piala Dunia di Brazil tahun 2014 yang akan datang.
Membalas De Wever, kapten timnas Belgia, Vincent Kompany men-twit: "Belgia adalah milik semua orang.. tapi malam ini adalah milik kita!"
***
Posisi timnas Belgia dalam kancah krisis nasionalisme negara Belgia memang tidak main-main.
Penduduk negara Belgia jarang sekali mengibarkan bendera negara merah-kuning-hitam. Bendera kuning bergambar singa hitam lebih sering berkibar di Flandria dan sebaliknya bendera kuning bergambar ayam jago merah atau bahkan bendera Perancis (!) justru lebih sering berkibar di Wallonia.
Salah satu momen di mana bendera Belgia dikeluarkan dari lemari dan dikibarkan di rumah atau gedung-gedung apartemen adalah saat-saat timnas sepakbola Belgia bertanding!
[caption id="attachment_213268" align="aligncenter" width="433" caption="Pemandangan Langka (dok.pribadi)"]
Timnas Belgia sendiri diperkuat oleh pemain-pemain yang berasal dari ketiga region di Belgia: Flandria yang berbahasa Belanda, Wallonia yang berbahasa Perancis dan Brussels yang bilingual.
Kesebelasan yang berjulukan Setan Merah (de Rode Duivels (nl)/Les Diables Rouges (fr)) ini sempat menjadi Timnas yang disegani di dunia pada tahun 80an dan 90an. Timnas Belgia hadir di 1982, 1986, 1990, 1994 dan 2002. Di setiap ajang Piala Dunia Setan Merah selalu berhasil lolos ke babak perdelapan final dengan puncaknya di Piala Dunia 1986 Meksiko saat mereka berhasil maju sampai ke babak semi final.
Timnas ini pun tak luput dari nama-nama besar pemainnya. Dua penjaga gawang terbaik di dunia pernah memperkuat timnas Belgia: Michel Preud'homme dan Jean Marie Pfaff. Di lini belakang pernah terdengar nama Eric Gerets dan George Grün. George adalah pencetak gol kemenangan Belgia atas Belanda di Rotterdam yang memaksa Belanda gagal ke Piala Dunia 1986 di Meksiko.
Di lini tengah pernah bersinar nama si anak ajaib Enzo Scifo dan di barisan penyerang pernah merumput Jan Ceulemans dan Marc Wilmots yang kini menjadi pelatih Timnas.
***
Prestasi Timnas Belgia meredup sejak Piala Dunia 2002 sampai hari ini. Entah kebetulan atau tidak, surutnya prestasi Timnas ini terjadi bersamaan dengan meningkatnya krisis politik negara Belgia pada periode yang hampir sama. Puncak krisis politik negara Belgia terjadi selama tepatnya 541 hari antara Juni 2010 sampai Desember 2011 di mana negara itu tidak memiliki pemerintah (federal)! Banyak pendapat yang mengatakan bahwa krisis politik negara Belgia adalah krisis di tingkat atas. Krisis terjadi akibat persaingan kepentingan para pemimpin di dua wilayah yang "bertikai". Dengan kata lain, rakyat Belgia sendiri tidak terlalu ambil pusing dengan ribut-ribut yang terjadi. Benarkah demikian? Walahualam. Jawabannya bisa terlihat saat bendera-bendera Belgia terkibar saat Setan Merah beraksi. Kali ini rakyat Belgia mungkin bisa berharap banyak. Komposisi timnas diperkuat tidak kurang dari sebelas pemain yang merumput di Liga Inggris dan liga-liga Eropa lainnya yang begitu bergengsi. Sebut saja Eden Hazard (Chelsea), Vincent Kompany (Man. City), Marouane Fellaini (Everton), Thomas Vermaelen (Arsenal), Thibault Courtois (Atletico Madrid) dan Daniel Van Buyten (Bayern Munich). Tidak kurang dari itu, gelandang keturunan Indonesia asal tim Cagliari, Radja Nainggolan juga seringkali keluar masuk dalam daftar pemain Belgia yang dipanggil pelatih Marc Wilmot. Mampukah Setan Merah yang bertaburkan bintang ini lolos ke Piala Dunia 2014 dan menjadi pemersatu rakyat Belgia? Kita tunggu saja! ------------------------ Tulisan lain tentang politik negeri Belgia (bukan sepak bola): Belgia: negara yang akan pecah? (bagian 1, bagian 2, bagian 3)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H