[caption id="attachment_321028" align="aligncenter" width="590" caption="Gak ada matinya!"][/caption]
Rasanya sudah berulang kali ada tulisan tentang taman tulip Keukenhof di negeri Belanda di Kompasiana ini.
Buat saya pun, kebetulan, ini sudah yang kedua kalinya saya bisa mengunjungi taman bunga di kampung Lisse di dekat Leiden dan Den Haag ini. Memangnya ada yang nanya? Emangnya daku fikirin....
Kunjungan saya yang pertama dulu sekali, tahun 2001 saat dibayarin teman yang mengunjungi negeri Belanda dan minta ditemani ke Keukenhof. Yang kedua juga gratisan. Kali ini ada teman yang mendadak dapat tiket gratis dari kantornya dan mendadak punya ide sangat beagus untuk menyumbangkan tiket-tiketnya itu kepada saya dan keluarga.
Lumayan kalau bisa dapat gratisan, sebab jika tidak kita harus bayar 15 euros per orang dewasa dan 7,5 euros per anak-anak di bawah 12 tahun.
[caption id="attachment_321024" align="aligncenter" width="590" caption="Andai saja ini Ik punya kantoor"]
Taman Keukenhof sendiri sudah berdiri sejak abad 15 sebagai bagian dari istana Tijlingen. Tahun 1857, arsitek bapak dan anak Jan David dan Louis Paul Zocher merancang ulang taman tersebut dengan gaya Inggris. Taman ini akhirnya dibuka untuk umum setiap musim semi sejak 1949.
Untuk edisi 2014, Keukenhof dapat dikunjungi sejak 20 Maret sampai dengan 18 Mei. Berdasarkan pengalaman terdahulu, saya sangat merekomendasikan untuk mengunjungi taman ini di awal sampai pertengahan periode. Mengunjungi taman di akhir periode beresiko bahwa kita hanya melihat jenis atau varietas bunga yang jauh berkurang dibanding di awal periode.
[caption id="attachment_321033" align="aligncenter" width="461" caption="mau pacaran boleh, ndlosor silakan, mau nglekar juga enak.."]
Keistimewaan taman ini terletak pada jumlah jenis tulip yang seakan tak terbatas. Tulip-tulip di taman yang luasnya sekitar 30 hektar ini disumbangkan oleh berbagai penyedia atau supplier tulip dari segara penjuru Belanda. Mayoritas dari penyedia tulip ini sendiri terletak di sekitar kecamatan Lisse yang juga bisa dikunjungi dalam perjalanan menuju Keukenhof.
Tidak hanya tulip, di taman ini kita juga bisa melihat bunga lain terutama narcis atau dafodil dan hyancinth yang berwarna biru. Lansekap dari taman yang dengan empang di tengahnya membuat Keukenhof menjadi tempat yang cukup menginspirasi buat pengunjung dari segala umur dari tua, muda, anak-anak sampai bayi sekalipun.
[caption id="attachment_321035" align="aligncenter" width="530" caption="ratusan varian!"]
Pepatah mengatakan tiada perjumpaan tanpa perpisahaan. Tiada gading yang tak retak. (Halahhh)
Bagi saya pribadi (walau nama saya tetap Joko bukan Pribadi), mengunjungi taman bunga selalu memberi ide. Juga untuk anak-anak saya.
Setelah empat jam putar-puter, nglekar maupun ndlosoran, kami pun pulang. Saat keluar dari taman, seorang anak saya mengatakan,
"Pak saya tahu sekarang, kayaknya nanti kalau besar saya mau ambil sekolah bio engineering saja."
"Wah bagus itu! Memangnya kenapa Nak?", tanya saya.
"Ya nanti aku bisa mengembangkan selain tulip yang indah dan wangi juga tulip yang eetbaar, yang bisa dimakan", jawabnya antusias.
"Wah bener juga...", bathin saya yang memang mulai lapar karena hari sudah malam.
Alangkah indahnya kalau selain bisa dilihat, bunga-bunga tulip di Keukenhof ini bisa dimakan alias dicaplok...hap!
Jadi selain membayar tiket untuk lihat-lihat, para pengunjung juga bisa bayar tiket.... all you can eat...
*nggragas yo band
[caption id="attachment_321036" align="aligncenter" width="590" caption="Mblenuk... coba kalau bisa diemplok"]
*sumber foto: foto-foto sendiri
** tulisan setengah nggragas ini disemangati oleh Koplak Yo Band
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H